Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bisnis Fashion Era Digital, Besarnya Peran Influencer dan Media Sosial

KOMPAS.com - Kemajuan dunia digital dan perkembangan teknologi turut memberikan kontribusi dan perubahan besar pada industri fashion di Indonesia.

Revolusi Industri 4.0 seolah membawa angin segar berupa arus komunikasi dan informasi dalam jangkauan luas dengan cara yang mudah dan cepat.

Salah satunya dapat terlihat dari eksistensi para influencer di bidang mode melalui media sosial.

Lini "baru" yang tengah disorot itu memiliki peran yang sangat berpengaruh bagi perkembangan bisnis mode di Tanah Air.

"Industri fashion saat ini banyak pelakunya. Ada yang membuat konsep, fashionpreneur yang mem-building brand, eksekusi bisnis, sampai peranan influencer."

"Era digital memegang peranan sangat besar dalam memperlihatkan hasil karya,"

Demikian kata Melinda Babyanna, founder dan CEO The Bespoke Fashion Consultant dalam TBF Fashion Talk bertajuk "Scale Up Your Fashion Brand in Digital Era" di Jakarta, baru-baru ini.

Konsep digitalisasi ini pun diamini sebagai transformasi yang masif dalam industri ritel saat ini dan masa depan.

Hal tersebut dapat terlihat dari banyaknya label mode yang sanggup bertahan hingga terus bermunculan selama pandemi.

Munculnya label-label baru di industri ritel ini, mayoritas tumbuh dan berkembang karena peran digital transformasi mulai dari online store, marketplace hingga e-commerce.

Namun, hal tersebut juga tak lepas dari perubahan gaya hidup offline ke online serta profil pelanggan yang juga mengubah cara belanjanya, memilih barang hingga mindset para pembeli.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia menyebutkan jumlah transaksi e commerce per September 2020 mencapai Rp 180,74 triliun, namun penjualan online hanya mewakili 18 persen ritel secara global.

Tapi di tahun 2021 transaksi e-commerce melonjak hingga Rp 401 triliun, dan di tahun ini naik menjadi Rp 526 triliun.

Sebuah pertumbuhan yang signifikan dan menjadi opportunity untuk para pebisnis dalam mengembangkan lagi strategi yang efektif dalam platform digital.

Potensi dan momen inilah yang harus dicermati oleh para pebisnis fashion atau fashionpreneur dalam jeli membaca pasar serta konsep digital apa yang cocok untuk diaplikasikan ke market yang dituju.

"Dalam membangun sebuah brand, seorang fashionpreneur harus mengikuti proses yang tidak gampang."

"Prosesnya panjang, ada naik turunnya dan harus bisa menerapkan strategi bisnis yang adaptif dengan perubahan," jelas Melinda.

Peran dan supporting system secara integrasi sangat dibutuhkan apalagi dalam menghadapi perkembangan era digital.

Masa depan industri mode yang akan menjadi tren ke depan adalah penggunaan aplikasi digital dalam ranah online yang dimiliki oleh suatu brand.

Misalnya dengan melakukan improvisasi di online store yang harus dilakukan.

“Salah satunya adalah penggunaan 3D design dalam tampilan katalog yang ada di website brand."

"Hal ini memudahkan para pelanggan atau calon pembeli untuk memahami item koleksi yang ingin dibeli secara detail dan memberikan experience digital yang baru," papar perempuan yang akrab disapa Baby ini.

Peranan digitalisasi terhadap industri mode, menurut dia juga tidak terlihat dari lonjakan jumlah fashion brand, tetapi juga popularitas dan "seleksi alam" label mode yang telah ada.

Saat ini, cukup banyak merek baru yang menuai sukses besar dalam waktu yang singkat, atau pemain lama yang dahulu terlihat biasa kini menjadi hebat.

Sebaliknya, ada pula label mode baru dan lama yang terus menurun atau bahkan tutup karena kalah dalam persaingan.

"Indikator sebuah bisnis fashion yang oke menurut saya itu ketika sudah berjalan selama lima tahun."

"Itu artinya brand tersebut sudah melewati masa naik turun sebuah bisnis."

"Sebab di industri mode ini istilahnya ada masa minimal dua tahun survive. Di tahun-tahun pertama pasti ada investasi yang gila-gilaan."

"Jika di tahun-tahun selanjutnya tidak ada perubahan signifikan atau balik modal istilahnya."

"Mungkin ada yang harus dibedah, entah itu strategi, eksekusi bisnisnya dan banyak lagi faktor lain," papar Melinda.

Untuk terjun dalam ranah digital, pemain pasar mode atau fashionpreneur harus lebih presisi dalam pemilihan media eksekusi, misalnya saja media sosial.

Tren yang tengah berkembang saat ini, kata Melinda adalah pelanggan melihat suatu brand dari personifikasi seorang influencer di media sosial.

"Saya melihat ada dua media sosial yang sangat berpengaruh yaitu Instagram dan TikTok," papar Melinda.

Instagram menurut dia, memiliki kekuatan dalam menampilkan imej yang lebih menampilkan visualisasi.

Sementara TikTok menyuguhkan pasar yang lebih luas.

Sementara itu, personifikasi seorang influencer dapat berperan dalam menyelaraskan imej, gaya, personal branding, hingga target market calon pembeli agar lebih mudah dijangkau.

"Kenapa influencer? Karena kalau kita punya brand tapi enggak tahu karya kita ini dipakai untuk siapa, siapa yang akan membelinya, jelas tidak akan worth."

"Kita bisa lihat contohnya adalah brand fashion Faboo milik Caren Delano. Karyanya sangat cocok dengan personifikasi dari Patricia Gouw yang chic dan energik," kata dia.

Sebuah brand juga harus melihat cocok atau tidak karyanya terhadap karakter si influencer tersebut.

Bahkan tak melulu mengandalkan peran influencer, real people atau orang biasa pun memiliki kekuatan yang sama.

Strategi tersebut sudah banyak dilakukan oleh banyak brand besar untuk menghadirkan personifikasi dari orang biasa sesuai karakter dari brand atau suatu karya.

Pasalnya, testimoni yang jujur dari orang-orang tentu dapat memengaruhi pandangan sebuah brand di mata masyarakat dan pelanggan.

"Jadi dalam era digital ini, sebuah brand harus mendapatkan personifikasi dari influencer yang tepat."

"Real testimoni itu diperlukan agar apa yang kita suguhkan cocok dengan gaya dan kebutuhan pembeli."

"Memang harus jeli, jadi enggak cuma sekadar bayar influencer, tapi pikirkan juga impact-nya agar karya kita bisa dijual," pungkasnya.

https://lifestyle.kompas.com/read/2022/10/18/130429120/bisnis-fashion-era-digital-besarnya-peran-influencer-dan-media-sosial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke