Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Penting untuk Memperbaiki Baju Dibanding Membeli Baju Baru?

Kompas.com - 22/04/2024, 10:10 WIB
Chrisstella Efivania Rosaline,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tren fesyen kini sangat cepat berkembang. Setiap harinya pasti akan ada tren-tren baru yang nantinya akan diikuti oleh banyak orang di media sosial. 

Banyak brand fesyen yang akhirnya memanfaatkan hal tersebut untuk menjual produk-produk yang sesuai dengan tren yang muncul. 

Dengan adanya tren ini pun banyak orang yang jadi lebih sering membeli baju baru, dan melupakan baju lama mereka. Bahkan, ketika baju lama mereka rusak, banyak orang lebih memilih untuk beli baru dibanding untuk diperbaiki terlebih dahulu. 

Baca juga: Limbah Tekstil, Kisah Faktor Ikutan Revolusi Industri

Baca juga: Jahit Baju Lebaran di Blok M, Model Apa yang Paling Laris?

Padahal, hal ini akan berdampak buruk pada lingkungan. Pasalnya, saat ini di Indonesia sendiri, tumpukan sampah tekstil sudah mencapai ribuan ton setiap tahunnya. 

Hal ini disampaikan langsung oleh Co-Founder perusahaan reparasi pakaian Mulih, Suzanne Sarah dalam sebuah talkshow

Limbah tekstil itu sudah banyak sekali. Di Indonesia sendiri, dari berpuluh ribu ton sampah yang ada, sekitar dua persennya itu dari sampah tekstil. Aku lupa (angka) tepatnya, tapi kemungkinan sekitar tiga sampai enam ribu ton setiap tahunnya,” jelas Suzanne dalam talkshow Kembali Baik “Pakaian Lama, Cerita Baru”, di Kemang, Sabtu (20/4/2024). 

Co-Founder Mulih Suzanne Sarah (kedua dari kanan) dalam sesi talkshow Kembali Baik ?Pakaian Lama, Cerita Baru?, di Kemang, Sabtu (20/4/2024).KOMPAS.com/CHRISSTELLA EFIVANIA ROSALINE Co-Founder Mulih Suzanne Sarah (kedua dari kanan) dalam sesi talkshow Kembali Baik ?Pakaian Lama, Cerita Baru?, di Kemang, Sabtu (20/4/2024).

Kebanyakan limbah tekstil, kata Suzanne, berbahan polyester atau mengandung bahan plastik, sehingga dapat merusak lingkungan. 

“Polyester, bahan plastik gitu ya, ujung-ujungnya tidak akan bisa terurai sampai ratusan tahun ke depan, jadi akan berdampak sangat, sangat, sangat buruk kepada lingkungan,” lanjut Suzanne.

Dalam hal ini, Sarah pun menyarankan setiap orang untuk mereparasi bajunya terlebih dahulu sebelum akhirnya memutuskan untuk membuang atau membeli baru. 

Baca juga: Hari Bumi, Modena Ajak Masyarakat Mengolah Limbah Tekstil

“Kita hadir untuk ngajak teman-teman mereparasi baju sebagai pilihan utama kalau bajunya rusak. Lihat dulu bisa diperbaiki apa enggak sebelum kita buang atau sebelum kita beli yang baru, karena ujung-ujungnya ini semua tuh untuk lingkungan,” tambahnya. 

Serupa dengan Suzanne, Co-Founder Mulih lainnya, Beverly Tan juga berpendapat hal yang sama. Namun, ia menambahkan, mereparasi baju juga dapat menjadi nilai tambah bagi pemilik bajunya.

“Selain bisa membantu lingkungan, reparasi baju itu bisa lebih dari itu. Misalnya kita dapat warisan kebaya atau baju dari eyang atau mama kita, misalnya ada robek dikit, kan bisa diperbaiki. Jadi ada sentimental value-nya juga,” kata perempuan yang akrab disapa Bev tersebut. 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com