Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fast Fashion Sebabkan Tumpukan Limbah, Sudah Seberapa Parah?

Kompas.com - 22/04/2024, 15:15 WIB
Chrisstella Efivania Rosaline,
Wisnubrata

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri fesyen cepat atau fast fashion sudah berdampak sangat parah terhadap lingkungan. 

Pasalnya, industri fast fashion ini berkontribusi terhadap 10 persen karbon emisi global, dan menimbulkan permasalahan limbah dan sampah yang jumlahnya hingga jutaan ton. 

Hal ini disampaikan oleh Pendiri dan Direktur Kreatif brand fesyen Sejauh Mata Memandang, Chitra Subyakto, dalam sebuah sesi talkshow di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Sabtu (20/4/2024). 

Baca juga: Limbah Tekstil, Kisah Faktor Ikutan Revolusi Industri

Baca juga: Kurangi Limbah Tekstil, Bappenas Ajak Industri Terapkan Konsep Fashion Sirkular

“Setahuku itu, ada 92 juta ton (limbah tekstil) yang terbuang setiap tahunnya, dan dari angka tersebut, mungkin yang didaur ulang hanya sekitar satu atau dua persennya saja,” kata Chitra kepada awak media dalam sesi talkshow tersebut. 

Chitra juga mengungkap, sampah-sampah yang ada di tempat pembuangan pakaian bekas terbesar di dunia, yang berlokasi di Atacama, Chile dapat terlihat dari satelit. 

“Di Atacama, Chile itu bisa melihat sampah pakaian dari satelit. Saking banyaknya sampai kelihatan dari satelit. Gimana enggak? Itu seluruh brand-brand fesyen besar buang (limbah) nya ke sana semua,” 

“Permasalahan ini sudah sangat urgent, sangat mendesak,” tambah Chitra.

Dapat berdampak pada kesehatan biota laut dan manusia

Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang Chitra Subyakto (kedua dari kiri) dalam sesi talkshow Kembali Baik ?Pakaian Lama, Cerita Baru?, di Kemang, Sabtu (20/4/2024).KOMPAS.com/CHRISSTELLA EFIVANIA ROSALINE Pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang Chitra Subyakto (kedua dari kiri) dalam sesi talkshow Kembali Baik ?Pakaian Lama, Cerita Baru?, di Kemang, Sabtu (20/4/2024).

Tak hanya berdampak pada lingkungan, Chitra juga mengatakan, limbah tekstil yang terbuang ke laut juga akan berdampak pada kesehatan para biota laut. 

Baca juga: 3 Dampak Buruk Fast Fashion terhadap Lingkungan

Pasalnya, bahan-bahan tekstil yang dibuang ke laut kebanyakan berbahan polyester atau mengandung plastik, sehingga dapat menyebabkan pencemaran mikroplastik. 

“Kalau kebuang ke laut, itu jadi mikroplastik, itu nanti dimakan ikan, ikannya dimakan kita. (Mikroplastik) itu sifatnya karsinogenik, kalau kita konsumsi jadi bisa kena kanker, autoimun, dan lain-lain,” jelasnya. 

Pemerintah harus pertegas regulasi yang berlaku

Chitra pun mengharapkan agar pemerintah Indonesia dapat memberlakukan regulasi yang lebih tegas, atau membuat regulasi baru untuk menertibkan terkait limbah plastik ini. 

“Sampah-sampah ini kan biasanya ngumpulnya di TPS atau TPA, dan ya udah dibiarkan numpuk. Tapi ya harusnya sampah itu dikelola. Masa kita sebagai konsumen udah sibuk pilah-pilah, tapi tetap disatuin lagi,” 

“Jangan jadi kita konsumen yang pusing, tapi pemerintah juga harusnya punya aturan terkait tentang pengelolaan sampah itu. Perusahaan juga kan enggak akan berubah, kalau emang enggak ada larangan,” pungkasnya. 

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by KOMPAS Lifestyle (@kompas.lifestyle)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com