Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Terlihat Nikmat, Deretan Makanan Ini Sebenarnya Tidak Baik untuk Kesehatan

KOMPAS.com – Beberapa waktu lalu, jagat maya sempat digegerkan dengan munculnya video viral nasi minyak.

Dalam video yang beredar, terlihat seporsi nasi dan bebek diguyur minyak jelantah atau minyak bekas menggoreng berwarna hitam pekat.

Video tersebut menuai berbagai respons. Kebanyakan netizen mengaku “ngeri” dengan sajian nasi lemak yang dianggap berbahaya bagi kesehatan.

Mengutip Hindustan Times, minyak sayur atau minyak jenis apapun ada baiknya tidak dipanaskan berulang-ulang kali.

Pemanasan minyak dilakukan maksimal tiga kali. Minyak yang terlalu banyak dipanaskan dapat membentuk lemak trans yang berbahaya bagi kesehatan karena memiliki kalori tinggi dan bau tidak sedap.

Beberapa penyakit yang bisa muncul dari konsumsi minyak jelantah, antara lain kolesterol tinggi, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, obesitas, hingga penyakit degeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson.

Selain nasi lemak, rupanya terdapat sejumlah makanan “nikmat” di sekitar kita yang ternyata tidak baik jika dikonsumsi terlalu banyak.

Bagi kamu yang penasaran, berikut daftarnya yang telah dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber.

Martabak manis adalah kudapan sejenis panekuk yang biasanya berisi banyak topping, mulai dari mentega, kacang-kacangan, meses, cokelat, keju, parut, pisang, selai atau pasta, hingga susu kental manis.

Penganan ini biasanya banyak dijual di pinggir jalan saat malam hari. Beberapa pedagang menyajikan martabak manis dengan topping yang melimpah, sehingga tampilannya lebih menggugah selera.

Namun, meski terlihat lezat, martabak manis ternyata memiliki efek yang berbahaya bagi tubuh.

Ditulis Kompas.com, Rabu (18/8/2021), sepotong martabak manis mengandung sekitar 12 gram (gr) atau satu sendok makan gula.

Padahal, asupan gula harian tiap orang adalah 50 gr atau maksimal empat sendok makan per hari.

Kandungan gula yang tinggi bisa menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan, di antaranya gula darah tinggi, obesitas, hingga diabetes mellitus.

Bagi sebagian orang, jeroan merupakan makanan nikmat yang bisa dijadikan berbagai olahan menu makanan. Meski demikian, jeroan mengandung banyak kolesterol, sehingga tidak baik apabila dikonsumsi secara berlebihan.

Mengutip Kompas.com Sabtu (14/11/2020), 3,5 ons jeroan berupa ginjal dan hati memiliki 127 persen rekomendasi harian kolesterol yang dianjurkan.

Bagi orang yang sensitif akan kolesterol, mengonsumsi jeroan bisa mengakibatkan peningkatan kadar kolesterol dalam darah. Jika dibiarkan, kolesterol bisa menyumbat arteri dan memunculkan penyakit jantung.

Untuk menyiasati makan jeroan secara aman, pilihlah jeroan yang berasal dari hewan organik. Sebab, hewan organik biasanya tidak memiliki timbunan lemak berlebihan, terutama di bagian jantung dan ginjal.

Makanan cepat saji digemari banyak masyarakat karena proses penyajiannya yang cepat dan mudah. Makanan ini biasanya dijumpai di restoran atau toko dengan persiapan mutu rendah.

Selain itu, makanan cepat saji juga memiliki cita rasa nikmat dan cenderung ramah di kantong.

Staf Pengajar S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Lily Arsanti Lestari mengatakan, konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan bisa memicu munculnya obesitas. Sebab, jenis makanan ini mengandung kalori, lemak, dan natrium yang tinggi.

“Selain itu, makanan cepat saji juga bisa menimbulkan penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi serta penyakit sindrom metabolisme lain, seperti hiperlipid,” tutur Lily, dikutip dari Kompas.com, Kamis (21/10/2021).

Ia menjelaskan, penyakit lain yang muncul dari konsumsi makanan cepat saji berlebihan adalah diabetes.

“Seperti disebutkan sebelumnya, makanan cepat saji memicu munculnya obesitas pada seseorang. Obesitas merupakan jalan masuk penyakit tidak menular lain yang berkaitan erat dengan sindrom metabolisme,” jelasnya.

Kemudian, risiko lain dari konsumsi makanan cepat saji berlebihan adalah munculnya penyakit kanker. Banyak restoran yang menggunakan minyak kotor untuk proses penggorengan, sehingga radikal bebas bisa muncul.

Meski kini perusahaan makanan cepat saji telah memiliki standar operasional penggunaan minyak goreng, tetapi masih banyak makanan cepat saji di pinggir jalan yang menggunakan minyak kotor atau jelantah untuk proses penggorengan.

Minimnya sayur dalam makanan cepat saji juga membuat seseorang berpotensi terpapar kanker. Sebab, kandungan antioksidan dalam sayur berguna untuk menetralisasi radikal bebas yang ada di dalam tubuh.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/01/26/153439920/terlihat-nikmat-deretan-makanan-ini-sebenarnya-tidak-baik-untuk-kesehatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke