Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Seorang anak rentan mengalami berbagai macam penyakit. Di usia dini inilah orangtua perlu lebih peduli dengan kondisi kesehatan mereka. Pasalnya, semakin awal mengetahui, semakin tinggi juga kesempatan untuk sembuh atau meminimalisasinya.
Salah satu kondisi medis yang bisa anak alami adalah gangguan sensorik. Menurut penelitan Kong dan Moreno (2018) ada satu dari enam anak yang mengalami kesulitan dalam pemrosesan sensorik.
Pada populasi tertentu, prevalensinya diperkirakan mencapai 80 hingga 100 persen. Biasanya, kondisi ini diderita oleh anak-anak dengan gangguan spektrum autisme, memiliki riwayat prematuritas, sindrom alkohol janin (FAS), atau sindrom down.
Kondisi medis ini juga dijelaskan dalam siniar Obrolan Meja Makan bertajuk “Kenali Gangguan Sensorik pada Anak” dengan tautan akses dik.si/OMMSensorik.
Apa itu gangguan pemrosesan sensorik?
Mengutip Healthline, gangguan pemrosesan sensorik adalah kondisi neurologis pada anak yang dapat memengaruhi cara otak memproses informasi dari indra. Anak dengan gangguan ini akan lebih sensitif atau tidak bereaksi sama sekali saat berinteraksi langsung dengan panca indra.
Misalnya, anak jadi rentan saat terkena paparan cahaya atau suara. Bahkan, mereka juga bisa sangat sensitif saat sedang mencoba makanan dan minuman baru, menyentuh suatu benda, hingga bau-bauan. Ada pula kondisi sebaliknya, yaitu anak tidak bisa merasakan apa pun dengan panca indra mereka, seperti tak bisa merasakan makanan pedas atau manis.
Itu sebabnya, anak dengan kondisi ini mungkin tidak menyukai hal-hal yang bisa membuat reaksi pada indra mereka secara berlebihan. Bisa juga sebaliknya, yaitu anak-anak berusaha mencari rangsangan tambahan untuk melatih keberfungsian indra mereka.
Gejala gangguan pemrosesan sensorik
Sebelum memastikan anak terkena gangguan ini, biasanya ada gejala yang menyertainya. Melansir Family Doctor, gangguan ini bisa memengaruhi beberapa indra atau bahkan semuanya. Ada pun gejala yang menandakan anak terlalu sensitif di antaranya
Pada anak yang sudah memasuki usia remaja, gejala ini dapat menurunkan rasa percaya dirinya. Anak merasa bahwa ia berbeda dengan teman-temannya sehingga dapat memengaruhi kehidupan sosialnya dan berujung pada depresi.
Sementara itu, apabila anak-anak yang tak mampu merasakan sesuatu dengan indranya memiliki gejala tidak bisa duduk diam, senang bereksplorasi dengan melompat atau berlari, mampu berputar tanpa merasa pusing, kurang peduli terhadap situasi sekitar, sering mengunyah benda hingga tangan mereka, memiliki masalah tidur, sering mencari stimulasi visual, hingga tak mampu mengenali wajah atau tubuh ketika sedang kotor.
Lantas, bagaimana cara mengenali gangguan sensorik pada anak dengan tepat agar segera diberi penangan?
Yuk, dengarkan audio drama lengkapnya dalam siniar Obrolan Meja Makan episode “Kenali Gangguan Sensorik pada Anak” yang dapat diakses melalui dik.si/OMMSensorik.
Di sana, ada informasi menarik seputar dunia parenting dan hubungan yang tak boleh kamu lewatkan. Tunggu apalagi? Ikuti siniarnya sekarang juga dan akses playlist-nya di YouTube Medio by KG Media agar kalian tak tertinggal tiap episode terbarunya.
https://lifestyle.kompas.com/read/2023/02/15/124716920/kenali-gangguan-sensorik-pada-anak