Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Buang Air Kecil di Kolam Renang, Bolehkah?

KOMPAS.com - Buang air kecil di kolam renang sering dianggap perilaku yang menjijikkan namun banyak pula yang melakukannya.

Ada yang beranggapan jika tindakan ini berdampak buruk pada sanitasi pengguna lainnya.

Untuk mengetahuinya, pertama-tama kita perlu mengetahui apa saja yang ada dalam urine alias air kencing manusia.

Dikutip dari Cleveland Clinic, urine terdiri dari 95 persen air, sementara lima persen sisanya merupakan produk sampingan dari makanan dan minuman yang dicerna, seperti berikut:

  • Urea, senyawa yang diproduksi di hati dan berfungsi sebagai "kendaraan" untuk membuang kelebihan amonia dan nitrogen.
  • Asam urat, asam yang diproduksi saat tubuh mencerna makanan dan cairan tertentu seperti bir serta merupakan antioksidan yang juga membantu memperbaiki sel yang rusak.
  • Elektrolit, seperti natrium, klorida, kalium dan fosfor.
  • Puing-puing mikroskopis, seperti sel darah mati, sisa tembakau, obat-obatan, vitamin dan zat lain yang disaring dari darah oleh ginjal.

Memang, tidak ada satupun substansi di atas hadir dalam jumlah yang dianggap berbahaya dalam urin.

Jadi jika kita buang air kecil di kolam renang, sebenarnya itu tidak terlalu berbahaya.

Kendati demikian, ingatlah bahwa bukan hanya kita yang berpotensi buang air kecil di dalam kolam renang.

Jadi, bayangkan saja berapa banyak air kencing yang ada dalam sebuah kolam renang yang penuh.

Namun, mengapa hal ini perlu diperhatikan?

Urin dari kandung kemih dapat membawa bakteri dari uretra atau alat kelamin.

Memang, bakteri itu umumnya tidak berbahaya dan sebagian besar kolam renang diberi klorin dan bahan kimia lainnya untuk mengurangi risiko penularan penyakit.

Kendati demikian, klorin bisa bercampur dengan hal lain, seperti keringat, kencing, kotoran dan ribuan mikroba yang hidup di kulit.

Bertemunya klorin dengan zat lain itu bisa menyebabkan reaksi kimia yang akan mengurangi jumlah klorin yang akan membunuh kuman.

Selain itu, reaksi kimia ini akan memicu iritasi kimiawi bernama kloramin yang menyebabkan mata merah dan gatal serta iritasi kulit.

Kloramin ini pun akan mengeluarkan bau kimia yang biasa dianggap sebagai klorin.

Padahal, kolam yang sehat tidak akan berbau seperti bahan kimia, yang berarti jika baunya sangat menusuk, kemungkinan besar airnya penuh dengan kloramin, urin, dan produk sampingan lainnya.

Karena itu, meningkatnya urin dalam kolam renang akan meningkatkan kadar kloramin, yang bisa berdampak pada mata, kulit, serta kemampuan bernapas pada penderita asma.

“Untuk memelihara linungan kolam renang rerap sehat, penting bagi kita untuk mempraktikkan kehigienisan diri dan menghindari buang air kecil di dalamnya, yang bis memicu gangguan kulit, mata, dan pernapasan," ujar ahli urologi dari Cleveland Clinic, Neel Parekh, MD.

Bisakah mengalami ISK akibat buang air kecil di kolam renang?

Bakteri yang memasuki sistem saluran kemih bisa memicu risiko infeksi saluran kemih (ISK).

Penyakit ini ditandai dengan rasa sakit di perut atau punggung bagian bawah, inkontinensia urin, sering dan merasa nyeri saat buang air kecil, hingga keluarnya rasa panas atau darah di air kencing.

Kolam renang memang nampak berpotensi menimbulkan ISK, terutama jika banyak orang yang buang air kecil di dalamnya.

Kendati demikian, sebagian besar kolam renang umum memiliki cukup klorin untuk membunuh sebagian besar bakteri yang dapat menyebabkan ISK.

Namun, jika khawatir, pastikan untuk mandi sebelum dan sesudah berenang, menjaga kebersihan tangan dan alat kelamin, serta menghindari buang air kecil di dalam baju renang.

Lingkungan yang lembap dan penuh bakteri dapat meningkatkan risiko infeksi.

Tapi, perlu diingat pula bahwa penggunaan klorin tidak sepenuhnya menghilangkan risiko ISK.

“Pemeliharaan kolam secara teratur, desinfeksi yang memadai, dan cara pengelolaan air yang tepat juga penting untuk memastikan lingkungan kolam renang tetap aman," ujar Parekh.

https://lifestyle.kompas.com/read/2023/06/25/100307220/buang-air-kecil-di-kolam-renang-bolehkah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke