Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kala Sukses Karir Tak Bisa Mengobati Rasa Belum Cukup Baik Sebagai Ibu

KOMPAS.com - Di balik pencapaian dan posisi karier yang dibangun dengan kerja keras, banyak ibu masih menyimpan rasa bersalah yang tak terlihat. Pergulatan batin karena tak bisa selalu ada hadir bersama anak di rumah akan selalu membayangi para ibu bekerja.

“Kalau bisa dibilang, sampai sekarang pun kadang-kadang masih merasa begitu, merasa belum cukup jadi ibu yang baik. Apalagi kalau merasa waktu buat anak itu kurang,” ungkap Novinda, kepada Kompas.com, Sabtu (29/11/2025).

Wanita yang menjabat sebagai seorang HR Manager di sebuah perusahaan media ini berusaha melakukan manajemen waktu sebaik mungkin. Walau tak bisa dipungkiri terkadang ia harus berada di kantor lebih lama untuk urusan pekerjaan.

“Atau kadang sampai rumah juga masih harus buka laptop, apalagi kalau misalnya pas Sabtu dan Minggu masih ada kerjaan juga. Itu pasti ada perasaan bersalah,” kata dia.

Hal-hal seperti itu sering membuatnya merasa bahwa ia tidak hadir untuk putrinya, Maura, bahkan sampai membuatnya tergoda untuk berhenti dari pekerjaan.

“Cuma setelah aku amati, perasaan bersalah dan mau resign itu terjadi pas dinamikanya lagi sibuk aja, lagi banyak waktu yang harus aku kasih buat kerjaan atau yang lain,” tutur Novinda.

“Tapi, sampai sekarang pun kalau kamu tanya apakah aku masih merasa belum cukup sebagai seorang ibu, atau belum cukup baik, iya. Aku sampai sekarang masih merasa begitu,” lanjut dia.

Metode switch on/off untuk menenangkan pikiran

Perasaan negatif yang dibiarkan terus-menerus, seperti rasa bersalah karena merasa belum cukup baik menjadi seorang ibu, bisa membuat pikiran kacau balau.

Sementara itu, demi menjaga pengasuhan tetap baik, seorang ibu harus dalam kondisi pikiran yang tenang dan hati yang gembira.

Cara Novinda menenangkan pikiran dan rasa bersalah tersebut adalah dengan menerapkan metode switch on/off.

“Misalnya pekerjaan selesai sampai malam. Nah, ketika sama anakku, ya aku berusaha untuk sepenuhnya hadir buat dia. Aku bikin rutinitas bareng sama dia,” tutur dia.

Setiap Sabtu, si kecil Maura memiliki beberapa les. Sebagai cara untuk menebus rasa bersalah karena waktu bersama mereka terdampak pekerjaan, Novinda menghabiskan akhir pekan yang kosong dengan Maura.

Setelah mengantar dan menjemput sang anak ke tempat les, mereka berdua lanjut jalan-jalan ke berbagai tempat dan melakukan berbagai aktivitas.

“Dan kalau pulang kantor, pasti aku sempatin kayak, cerita-cerita sama anak, tanya soal tadi dia di sekolah bagaimana, dan lain-lain,” sambung Novinda.

Berusaha menjadi ibu yang terbaik

Novinda sempat memberi jeda ketika ditanya soal momen akhirnya merasa bahwa ia sudah melakukan yang terbaik, dan menjadi ibu yang cukup baik.

Bahkan, pertanyaan ini cukup menggelitik baginya lantaran sampai saat ini, Novinda mengaku belum pernah merasa bahwa dirinya sudah cukup baik menjadi seorang ibu.

“Jujur belum pernah aku ngerasain bahwa aku cukup baik, pasti akan merasa kurang terus. Tapi kan, itu enggak bagus buat psikologis aku. Jadi di sini ada kondisi yang bertentangan,” ungkap dia.

Ia memahami bahwa hal tersebut tidak baik untuk kesehatan mentalnya jika terus dipikirkan.

Ditambah lagi, ia bisa menjadi tidak produktif karena pikiran negatif dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik itu bekerja maupun membersamai anak.

“Jadi, aku mengelola ekspektasi. Kayak, misalnya lagi merasa kewalahan banget, enggak bisa sesuai sama yang aku mau, kayak enggak bisa nemenin anak belajar atau apa, aku balikin ke realita. ‘Besok mungkin aku bisa lebih baik untuk mengatur waktu’, seperti itu,” terang dia.

Dengan cara tersebut, ia merasa bisa mengobati perasaan kurang baik sebagai ibu.

Untuk sesama ibu yang sedang di puncak karier, Novinda hanya bisa mengatakan bahwa mereka adalah ibu yang hebat, terlepas dari perasaan bahwa mereka belum cukup baik mengembang peran sebagai ibu.

“Mungkin anak kita itu enggak butuh sosok ibu yang harus sempurna banget. Tapi, anak kita butuh ibu yang penuh cinta, penuh kasih sayang, dan itu sudah pasti kita lakukan setiap hari,” pungkas Novinda.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/12/03/142834020/kala-sukses-karir-tak-bisa-mengobati-rasa-belum-cukup-baik-sebagai-ibu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com