Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlukah Kita Sekolah Internasional?

Kompas.com - 26/05/2008, 19:10 WIB

Namun, di sisi lain, menjamurnya sekolah internasional juga memperparah kesenjangan dengan sekolah-sekolah konvensional lainnya (Wirayuda, 2006). Sekolah internasional yang condong diminati kaum kaya itu tentu saja tidak bisa dijadikan sebagai tolok ukur kualitas pendidikan di negeri ini. Pasalnya, standar utama kualitas bukan bertumpu pada level kulitnya, tetapi pada implementasi sistemnya yang berorientasi membangun daya nalar dan membentuk mentalitas anak didik yang diidealkan sesuai dengan orientasi pendidikan nasional.

Dalam Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kalau memang mereka itu memburu prestasi lewat sekolah unggulan, tentulah keberadaan sekolah berbendera lokal dan nasional tetap patut dijadikan sebagai opsi utama tanpa mempertimbangkan gengsi. Daya dukung prestasi edukasi yang dicapai anak didik bukan ditentukan oleh mentereng dan glamournya sekolah, melainkan dari keuletannya dalam berkarya, membangun inovasi, dan mewujudkan kreasi. Terbukti tidak sedikit sekolah-sekolah dari daerah terpencil atau dikenal "sekolah gunung" seperti di Pamekasan, Pacitan, dan lainnya yang ternyata bisa melahirkan anak-anak didik hebat di level internasional.

Masih tetap lebih baik sekolah lokal yang bisa melahirkan kader- kader bertaraf internasional daripada sekolah berbendera internasional yang (barangkali) bermisikan memburu keuntungan lokal atau dominan menciptakan disparitas sosial.

Seharusnya masyarakat Indonesia tidak perlu tergiur dengan menjadikan sekolah internasional sebagai pilihan istimewa yang diburu secara bernafsu dan terburu-buru. Sebab, selain tidak sedikit di antarannya yang diragukan jati dirinya, juga masih banyak sekolah- sekolah produk dalam negeri yang ternyata mampu melahirkan "generasi emas" yang potensial melahirkan pencerahan. Mohamad Faisol Aktivis Yayasan Permata Hati

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com