Konsultasi Seksologi di Tabloid Gaya Hidup Sehat di bawah asuhan Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And (*)
"Saya seorang isteri, berusia 45 tahun, suami 49 tahun. Kami telah dikaruniai anak dua orang, yang sulung 23 tahun (wanita) dan yang bungsu pemuda berusia 21 tahun. Si sulung akan segera menikah begitu lulus kuliah akhir tahun ini. Rencana ini membuat saya agak cemas mengingat pengalaman pribadi saya.
Ketika menikah dulu, saya butuh waktu dua mingguan untuk bisa melakukan hubungan intim. Ini karena saya tidak memiliki pengetahuan sama sekali mengenai seks. Jadi setiap kali suami mendekat untuk berhubungan intim, saya langsung turun dari tempat tidur dan lari ke pojok kamar, sambil berkata, “Ampun Mas, ampun Mas….” Untungnya suami memahami.
Saya menikah dengan pacar yang saya cintai. Cuma saya tidak paham soal seks. Maka saya lalu menceritakan pengalaman itu kepada sahabat saya sejak kecil, dan oleh dia saya dipinjami BF. Setelah itu saya baru tahu bagaimana berhubungan intim, dan saya tidak takut lagi.
Nah, sekarang ketika anak saya akan menikah, saya jadi cemas, jangan-jangan anak saya akan mengalami hal yang sama. Yang ingin saya tanyakan:
Apakah saya perlu mengajak bicara anak gadis saya mengenai bagaimana melakukan hubungan intim? Jika ya, apakah harus bicara juga dengan calon suaminya? Apakah saya perlu juga meminjami anak saya BF? Hal-hal apa saja yang perlu dibicarkan dengan anak saya mengenai masalah seksual? Adakah buku-buku atau BF yang sesuai, yang pantas untuk dihadiahkan oleh orangtua kepada anaknya yang menikah? Terimakasih.”
Dianti, Yogya.
Informasi Negatif
Pengalaman Ibu Dianti menunjukkan bahwa pengetahuan seksual orang dewasa yang sudah menikah sekalipun masih sangat rendah atau bahkan salah. Apalagi pada masa lalu ketika Ibu Dianti menikah. Maka dapat dimengerti kalau muncul masalah seperti yang dialami oleh Ibu Dianti, yaitu ketakutan dan ketidaktahuan mengenai hubungan seksual.
Sayang Ibu Dianti tidak menjelaskan bagaimana kehidupan seksualnya selama menikah sampai saat ini. Bukan tidak mungkin ketakutan dan ketidaktahuan yang dialami dulu telah menimbulkan akibat buruk bagi kehidupan seksualnya. Tentu saja saya berharap itu tidak terjadi dan Ibu Dianti dapat menikmati kehidupan seksualnya bersama suami.
Ketakutan Ibu Dianti untuk melakukan hubungan seksual agaknya berpangkal dari informasi yang salah dan negatif tentang seks, yang banyak beredar di masyarakat. Mungkin saja dia pernah atau sering mendengar bahwa wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali akan merasakan kesakitan luar biasa dan disertai perdarahan yang sangat banyak.
Mungkin pula dia pernah mendengar bahwa hubungan seksual hanya menyenangkan bagi pria, sedang wanita hanya bertugas melayani dan tidak merasakan apa-apa. Mungkin masih banyak informasi lainnya yang dia terima tentang hubungan seksual yang tidak menyenangkan bagi wanita.
Informasi yang salah, yang hanya berdasarkan mitos seks itulah yang seharusnya tidak tidak diterima oleh masyarakat, termasuk anak Ibu Dianti yang segera akan menikah.
Tidak Ilmiah
Pada masa kini pun ternyata pengetahuan seksual masyarakat juga masih rendah. Masih banyak informasi yang tidak benar yang diterima oleh masyarakat dan diyakini sebagai sesuatu yang benar. Walaupun mungkin tidak serendah pada zaman Ibu Dianti dulu, tetapi tetap masih banyak pengetahuan seksual masyarakat yang salah.