Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Porno untuk Calon Pengantin?

Kompas.com, 6 Agustus 2008, 22:54 WIB

Konsultasi Seksologi di Tabloid Gaya Hidup Sehat di bawah asuhan Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And (*)

"Saya seorang isteri, berusia 45 tahun, suami 49 tahun. Kami telah dikaruniai anak dua orang, yang sulung 23 tahun (wanita) dan yang bungsu pemuda berusia 21 tahun. Si sulung akan segera menikah begitu lulus kuliah akhir tahun ini. Rencana ini membuat saya agak cemas mengingat pengalaman pribadi saya.
 
Ketika menikah dulu, saya butuh waktu dua mingguan untuk bisa melakukan hubungan intim. Ini karena saya tidak memiliki pengetahuan sama sekali mengenai seks. Jadi setiap kali suami mendekat untuk berhubungan intim, saya langsung turun dari tempat tidur dan lari ke pojok kamar, sambil berkata, “Ampun Mas, ampun Mas….” Untungnya suami memahami.

Saya menikah dengan pacar yang saya cintai. Cuma saya tidak paham soal seks. Maka saya lalu menceritakan pengalaman itu kepada sahabat saya sejak kecil, dan oleh dia  saya dipinjami BF. Setelah itu saya baru tahu bagaimana berhubungan intim, dan saya tidak takut lagi.

Nah, sekarang ketika anak saya akan menikah, saya jadi cemas, jangan-jangan anak saya akan mengalami hal yang sama. Yang ingin saya tanyakan:
Apakah saya perlu mengajak bicara anak gadis saya mengenai bagaimana melakukan hubungan intim? Jika ya, apakah harus bicara juga dengan calon suaminya? Apakah saya perlu juga meminjami anak saya BF?  Hal-hal apa saja yang perlu dibicarkan dengan anak saya mengenai masalah seksual?  Adakah buku-buku atau BF yang sesuai, yang pantas untuk dihadiahkan oleh orangtua kepada anaknya yang menikah? Terimakasih.”

Dianti, Yogya.

Informasi Negatif

Pengalaman Ibu Dianti menunjukkan bahwa pengetahuan seksual orang dewasa yang sudah menikah sekalipun masih sangat rendah atau bahkan salah. Apalagi pada masa lalu ketika Ibu Dianti menikah. Maka dapat dimengerti kalau muncul masalah seperti yang dialami oleh Ibu Dianti, yaitu ketakutan dan ketidaktahuan mengenai hubungan seksual.

Sayang Ibu Dianti tidak menjelaskan bagaimana kehidupan seksualnya selama menikah sampai saat ini. Bukan tidak mungkin ketakutan dan ketidaktahuan yang dialami dulu telah menimbulkan akibat buruk bagi kehidupan seksualnya. Tentu saja saya berharap itu tidak terjadi dan Ibu Dianti dapat menikmati kehidupan seksualnya bersama suami.

Ketakutan Ibu Dianti untuk melakukan hubungan seksual agaknya berpangkal dari informasi yang salah dan negatif tentang seks, yang banyak beredar di masyarakat. Mungkin saja dia pernah atau sering mendengar bahwa wanita yang melakukan hubungan seksual pertama kali akan merasakan kesakitan luar biasa dan disertai perdarahan yang sangat banyak.

Mungkin pula dia pernah mendengar bahwa hubungan seksual hanya menyenangkan bagi pria, sedang wanita hanya bertugas melayani dan tidak merasakan apa-apa.  Mungkin masih banyak informasi lainnya yang dia terima tentang hubungan seksual yang tidak menyenangkan bagi wanita.

Informasi yang salah, yang hanya berdasarkan mitos seks itulah yang seharusnya tidak tidak diterima oleh masyarakat, termasuk anak Ibu Dianti yang segera akan menikah.

Tidak Ilmiah
Pada masa kini pun ternyata pengetahuan seksual masyarakat juga masih rendah. Masih banyak informasi yang tidak benar yang diterima oleh masyarakat dan diyakini sebagai sesuatu yang benar. Walaupun mungkin tidak serendah pada zaman Ibu Dianti dulu, tetapi tetap masih banyak pengetahuan seksual masyarakat yang salah.  

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau