Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anand Ashram Mengolah Diri, Menebar Cinta

Kompas.com - 29/11/2008, 15:58 WIB

Ketika manusia sudah mampu menerima diri secara apa adanya, hiduplah cinta di dalam dirinya. Perilakunya pun dengan demikian akan penuh dengan cinta. Tidak ada iri hati, dengki, emosi, tamak. Sifat-sifat inilah yang menjadi sumber konflik; entah konflik agama, suku, sampai konflik antarnegara. Ketika orang sudah digerakkan oleh cinta, maka suasana damailah yang terjadi.

Rajut integrasi

Berdasarkan platform cinta atau kasih itulah Anand yang kelahiran Solo, Jawa Tengah, 52 tahun lalu, melangkah lebih jauh. Ia tak hanya menumbuhkan dan menebarkan cinta kepada mereka yang datang ke rumahnya itu, tapi juga ke seluruh Indonesia.

”Indonesia di ambang disintegrasi. Kekuatan dari berbagai belahan dunia, dengan menggunakan elemen dalam negeri, ingin memecah-belah negara kita,” tutur Anand. Karena, lanjutnya, Indonesia punya kekayaan alam yang sangat besar.

Mereka, kata Anand, memainkan berbagai isu di dalam negeri, berupa agama, sentimen kedaerahan, dan lainnya, supaya persatuan Indonesia pecah. ”Ujung-ujungnya adalah penguasaan ekonomi,” kata pemilik gelar MBA dari Pacific Southern University, yang total meninggalkan dunia bisnis setelah menderita leukimia, dan kemudian mendapatkan mukjizat kesembuhan pada 1991.

Maka dari Anand Ashram itu lahirlah National Integration Movement (NIM) yang dideklarasikan di Tugu Proklamasi pada 11 April 2005. Sebuah gerakan untuk mengeratkan kembali bangsa yang mulai terancam kehilangan jati dirinya. Dewan pembina NIM antara lain, KH Abdurrahman Wahid (ketua), Siswono Yudohusodo, Ahmad Taufik, dan Miranti Abidin.

Sabtu sore itu, miniatur NIM sungguh hadir. Orang Indonesia dari beragam latar bermeditasi bersama. Mereka kemudian menyanyikan lagu-lagu Indonesia yang bertemakan persatuan, berdiskusi, dan ditutup dengan Indonesia Raya. Semua bersikap ”sempurna” saat menyanyikan lagu kebangsaan kita itu.

Pertemuan di petang hari itu bertajuk ”Open house”, yakni acara dua mingguan, yang mempertemukan orang-orang yang tergerak hatinya untuk mengolah diri dan mengindonesia, dengan sang ”bapak”. Siapa pun bisa hadir di sini, tak hanya peserta rutin kegiatan meditasi Anand Ashram. Setiap kali pertemuan, selalu saja ada orang baru.

”Saya selalu mengikuti acara ini, karena selain bermanfaat untuk mengolah batin, juga untuk memupuk rasa nasionalisme,” tutur Krisagonus Lautania (39), yang selalu membawa serta istri dan kedua anaknya, meskipun rumahnya tergolong lumayan jauh dari Sunter.

Bahkan Wea Napitupulu dengan senang hati datang dari Solo, melepas sejenak  bangku kuliahnya di Universitas Sebelas Maret. Jarak bukan halangan, demi cinta. (Bambang Putranto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com