Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BRT di Kota Semarang Tak Efektif

Kompas.com - 03/12/2008, 03:33 WIB

SEMARANG, RABU - Pengoperasian bus rapid transit atau BRT di Kota Semarang dinilai tidak akan berjalan efektif untuk mengurai kemacetan dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi jika tidak terdapat sarana pendukung, seperti jalur sepeda dan pedestrian.

Hal itu dikatakan pakar transportasi dari Universitas Katolik, Soegijapranata Djoko Setijowarno, di Kota Semarang, Selasa (2/12). "Dengan adanya BRT, belum tentu permasalahan transportasi akan selesai. Untuk itu, perlu sistem yang lebih terpadu agar penggunaan kendaraan pribadi dapat berkurang," ucap Djoko.

Menurut Djoko, jalur sepeda bisa mengakomodasi warga baik yang ingin menggunakan sepeda untuk pergi ke kantor atau ke sekolah. "Jika mereka mau menggunakan jalur sepeda, jumlah pengguna kendaraan di jalan raya akan berkurang," tutur Djoko.

Pembuatan jalur sepeda itu, lanjut Djoko, bisa memanfaatkan bahu jalan yang diperkeras dengan lebar 1-2 meter. "Seperti bahu jalan pada jalur Mangkang-Krapyak, yang bisa digunakan untuk bersepeda," katanya.

Sedangkan pembuatan pedestrian atau jalur khusus untuk pejalan kaki, kata Djoko, bisa mengakomodasi kaum difabel dan pejalan kaki untuk menjalankan aktivitasnya.

Djoko menegaskan, Pemerintah Kota Semarang semestinya memandang proyek BRT sebagai suatu program strategis dengan berbagai sarana pendukungnya. "BRT ini jangan dianggap sebagai proyek parsial saja, karena hasilnya tidak akan optimal," ucapnya.

Untuk mendukung pelaksanaan proyek BRT tersebut, menurut Djoko, perlu melibatkan berbagai instansi terkait. "Jangan hanya Dinas Perhubungan yang menangani, namun juga lembaga lainnya," ujar Djoko.

Kepala Bidang Perencanaan Pembangunan III Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Semarang, M Farchan mengakui, untuk menata Kota Semarang perlu dilakukan pembenahan sistem transportasi dan infrastruktur secara bersamaan.

"Jika BRT mulai beroperasi, maka mesti dipikirkan kenyamanan para pengguna agar mereka tidak kembali beralih menggunakan kendaraan umum ataupun pribadi," kata Farchan.

Tidak ada jalur khusus

Farchan menambahkan, pengoperasian BRT nantinya tidak akan menggunakan jalur khusus (bus way), tetapi menggunakan jalur yang berbaur dengan lalu lintas umum dengan memakai marka jalan (bus line).

"Dengan begitu, lebar jalan di Kota Semarang tidak akan berkurang karena digunakan BRT," ucap Farchan seraya mencontohkan jalur bus transjakarta yang mengambil ruas jalan sehingga berpotensi menimbulkan kemacetan.

Djoko Setijowarno menilai, penggunaan bus line di Kota Semarang memang lebih tepat dibandingkan memakai jalur khusus. "Lebar jalan dan median di Kota Semarang tidak mendukung untuk dipakai jalur khusus BRT," katanya.

Hingga kini, Pemkot Semarang masih membangun 53 halte di koridor I Mangkang-Penggaron. Pembangunan tersebut ditargetkan selesai pada akhir Desember 2008 dan dapat beroperasi pada Mei 2009.

Setelah koridor I mulai dioperasikan, terdapat lima koridor lagi yang akan dikerjakan antara lain, koridor II Pudakpayung Terminal Terboyo, koridor III Tembalang Terminal Terboyo, koridor IV Banyumanik Pelabuhan Tanjung Emas, koridor V Penggaron Terminal Terboyo, dan koridor VI Bandara Ahmad Yani Terminal Terboyo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com