Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Coba BRT Diwarnai Unjuk Rasa

Kompas.com, 2 Mei 2009, 16:16 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com — Uji coba moda transportasi bus rapid transit (BRT) yang dinamakan transsemarang di Balaikota Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (2/5), diwarnai unjuk rasa dari pengemudi angkutan kota. Mereka menuntut program BRT diberhentikan sebelum ada kejelasan trayek.

Uji coba transsemarang koridor I dengan rute Mangkang-Penggaron tersebut bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kota Semarang ke-462. Pemerintah Kota Semarang memberi kesempatan kepada publik untuk mencoba dengan meluncurkan dua bus secara gratis dari sepuluh bus yang akan dioperasikan. Rencananya, Kota Semarang akan memiliki 6 koridor BRT transsemarang.

Setelah peresmian uji coba tersebut, puluhan pengemudi angkutan kota di Semarang berunjuk rasa mendatangi balai kota bermaksud untuk menemui Wali Kota Semarang. Mereka mengklaim mewakili sekitar 300 pengemudi armada yang meliputi rute Mangkang-Johar, Kalipancur-Johar, Penggaron-Karang Ayu, dan Sampangan-Johar.

Ketua Pengurus Angkutan Kota Roda Mulya Kota Semarang Rojikin mengatakan, peluncuran BRT tersebut akan terus menuai masalah selama Pemkot Semarang tidak menata trayek angkutan. Keberadaan BRT dianggap merugikan pengemudi dan pengusaha angkutan karena menyasar konsumen yang sama.

"Pemkot telah menjanjikan adanya penataan trayek jika BRT diluncurkan. Namun, nyatanya masih banyak trayek siluman yang masih beroperasi. Hal ini jelas merugikan kami," katanya.

Pengemudi khawatir pendapatannya akan turun jika BRT tetap beroperasi. Pasalnya, bakal terjadi perebutan konsumen karena antarpengemudi mulai mencuat naik.

Belum siap

Anggota Komisi C DPRD Kota Semarang Agung Budi Margono menilai, uji coba BRT transsemarang tersebut masih prematur karena tidak sesuai dengan standar pelayanan minimal. Hal ini menandakan ketidakseriusan Pemkot Semarang dalam menggarap program BRT sebegai moda transportasi yang memadai.

Dari 20 bus yang disiapkan, Pemkot hanya akan mengoperasikan 10 bus karena pertimbangan biaya operasional. Hingga kini, mesin karcis belum dipasang karena tidak adanya petugas tiket yang melayani. Adapun marka jalan masih dalam proses lelang. 

Menurut Agung, berbagai ketidaksiapan tersebut mengindikasikan rendahnya komitmen pemkot dalam upaya memecahkan solusi kemacetan di Kota Semarang.

Wali Kota Semarang Sukawi Sutarip mengaku, masih banyak kekurangan yang belum dipenuhi hingga uji coba BRT. Namun, pengoperasian transsemarang akan tetap dilakukan meskipun ada pihak yang tidak setuju.

"Jika ada yang protes ya silakan saja. Namun, program BRT akan tetap jalan melayani masyarakat sembari kita akan terus mengevaluasi," ucapnya.

 

 

 

 

 

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau