Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ssst... Ini Bukan Sekadar Gosip!

Kompas.com - 11/05/2009, 18:25 WIB

KOMPAS.com - Kata "gosip" kerap mendapat konotasi negatif. Para ahli bahasa Indonesia mengartikan gosip sebagai obrolan tentang orang lain. Sementara psikolog berpendapat, obrolan itu bisa berakibat baik, bisa juga berakibat buruk. Salah satu yang melontarkan pendapat tersebut adalah Frank McAndrew, profesor di bidang psikologi dari Knox College, Amerika Serikat. McAndrew adalah profesor yang khusus mendalami ilmu seputar perilaku heroik dan kebiasaan bergosip dari sudut pandang psikologi.

Menurutnya, kita tidak perlu terlalu mencemaskan gosip, karena ini adalah bagian dari kehidupan manusia. Mengapa demikian? Sebagai manusia, kita memiliki naluri untuk berkelompok dengan manusia lain yang usia dan jenis kelaminnya sama. Setelah menemukan kelompok, timbul keinginan dalam diri kita untuk mempertahankan keutuhannya. Salah satu caranya adalah dengan berbagi cerita. Sebab, berbagi cerita atau bergosip dapat menambah kedekatan sesama anggota kelompok itu.

Ada banyak keuntungan positif yang bisa kita dapat dari bergosip yang terungkap dalam penelitian-penelitian yang dilakukan oleh McAndrew. Beberapa di antaranya adalah:

Menjalin kepercayaan. "Berbagi cerita pribadi, sama artinya dengan menitipkan kepercayaan. Teman yang mendengarkan seharusnya bisa menjaganya," ujar McAndrew. Hal ini melatih kita untuk mau berbagi dan percaya dengan orang lain. Sebaliknya, kalau kita bertindak sebagai pendengar, gosip adalah ujian bagi keteguhan kita menjaga rahasia orang lain.

Menambah keakraban. Berbagi rahasia merupakan salah satu sarana untuk mempererat hubungan. Menurut McAndrew, ketika kita menceritakan suatu rahasia, terbentuk lah ikatan psikologis antara kita dengan teman yang mendengarkan. Ini yang menyebabkan kita menganggap orang lain yang tidak mau berbagai rahasia sebagai orang luar.

Mencairkan kebekuan. Kalau kita termasuk orang yang sulit memulai komunikasi, gosip ringan seputar kehidupan sehari-hari atau gosip tentang orang terkenal  bisa menjadi senjata ampuh untuk mencairkan kebekuan suasana. McAndrew menyebutnya "The Power of the Particular". Adanya kesamaan pemahaman akan satu hal bisa membuat dua orang yang tadinya tidak begitu akrab menjadi lebih dekat.

Mengontrol perilaku. Gosip dapat menjadi sarana ampuh bagi kita untuk lebih mawas diri dan tidak bertindak di luar norma masyarakat. Menurut McAndrew, gosip juga bisa menjadi semacam sarana "belajar" bagi para remaja. "Orang-orang muda menyerap begitu saja banyak hal dari gosip seputar kisah kehidupan orang terkenal. Mereka menjadikan para selebriti sebagai panutan. Ini terlihat dari bagaimana para remaja meniru role model-nya. Mulai dari cara berpakaian, cara mereka menjalani hubungan asmara, hingga perilaku mereka di dunia sosial," papar McAndrew.

Melatih nalar. Banyak informasi yang kita dengar, belum tentu semuanya benar. Sebab itu, kita perlu menyaring mana yang hanya rumor, dan mana yang fakta. Mana yang merugikan, dan mana yang bermanfaat. Inilah yang disebut sebagai latihan nalar dan kecerdasan.

3 aturan bergosip positif
Gosip yang sehat itu tak mustahil dilakukan. Mari kita pelajari caranya melalui kisah berikut ini:

Suatu hari, filsuf terkenal Socrates bertemu dengan seorang pria. Setelah mengucapkan salam, sang pria berkata, "Tahukah Bapak, apa yang baru saya dengar mengenai salah seorang teman kita?"

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com