Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar "Survive" Setelah Menikah Muda

Kompas.com - 14/07/2009, 16:16 WIB

KOMPAS.com — Ingat pasangan Ferdy Hasan dan Safina? Atau Tengku Firmansyah dan Cindy Fatikasari? Mereka adalah pasangan-pasangan yang menikah muda, dan hingga saat ini masih membina hubungan yang harmonis. Tentu, tidak berarti hubungan mereka berjalan mulus-mulus saja dengan sendirinya. Pasti ada masa-masa di mana mereka harus bekerja keras untuk mengusahakan kebahagiaan bagi pasangannya. Kini mereka menjadi bukti bahwa menikah di usia muda tak selamanya buruk, dan bahwa mereka cukup bertanggung jawab dengan keputusan yang telah dibuat.

Meskipun dianggap belum dewasa sehingga keputusan yang dibuat biasanya berlandaskan emosi semata, orang di usia 17-23 tahun secara hukum memang sudah boleh menikah. Pernikahan di usia ini pun bisa dibilang merupakan pernikahan yang wajar. Kita perlu membedakannya dengan pernikahan dini. Pernikahan dini adalah pernikahan sebelum umur 17 tahun, sehingga tidak legal di mata hukum karena umur legal untuk menikah bagi perempuan adalah 17 tahun. Pernikahan dini masih banyak dilakukan di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah.

Di Indonesia sendiri, menurut psikolog Kasandra Putranto, masyarakatnya sedang memiliki kecenderungan untuk menikah muda. Setelah sempat "tren" menikah di usia akhir 20-an, sekarang "tren" sudah kembali ke menikah di usia muda. “Memang ada satu masa dulu orang menikah sekitar umur 18-an, kemudian mundur 20, 22, 24, 26, 28,  sampai bahkan 30-an menjadi tren. Nah, tapi kemudian balik lagi nih, ke usia 20 awal,” ujarnya.

Menikah muda memang menjadi impian sebagian orang, antara lain agar nanti orangtua bisa menjadi "teman" bagi anak-anaknya ketika beranjak dewasa. Sebagian yang lain beralasan, sudah puas pacaran sehingga siap mengikat hubungan ke arah yang lebih serius. Namun, tantangan untuk menikah di usia muda juga cukup besar. Misalnya, orang berusia muda pada dasarnya masih ingin bebas, masih ingin main, masih belum dapat mengutamakan kebutuhan pasangan daripada kebutuhan pribadi, dan lain sebagainya.

Nah, bagi Anda yang ingin menikah muda, ada beberapa hal yang menurut Kasandra perlu dipenuhi oleh calon pengantin dalam menjalani kehidupan pernikahan.

1. Sudah memiliki beberapa kematangan, seperti:
*Kematangan fisik. Biasanya pada umur 20-an fisik perempuan sudah matang. Tanda paling mudah untuk dilihat adalah mens pada perempuan.
*Kematangan emosional, yang dilihat dari sisi kepribadian. Kepribadian orang tersebut sudah tidak lagi kekanak-kanakan, tapi sudah dewasa. Contoh sikap kekanak-kanakan adalah belum bisa mencari uang sendiri, belum bisa bertanggung jawab pada dirinya sendiri, atau lebih mementingkan dirinya sendiri.
*Kematangan sosial, yaitu kemampuan dalam membangun dan membina hubungan dengan orang lain. Anda mampu berhubungan dengan orang-orang di sekitar Anda, seperti dengan dokter dan tetangga.
*Kematangan moral, yaitu kemampuan untuk mengajarkan masalah spiritual kepada anaknya. Hal ini penting bagi seorang ibu untuk mendidik anaknya.
*Kematangan kognitif/pengetahuan, yaitu banyaknya pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk diajarkan kepada anaknya. Calon pengantin harus tahu apa risikonya jika orangtua tidak tahu apa yang harus diajarkan kepada anaknya. Bagaimana mendidik seorang anak, jika orangtuanya sendiri tidak terdidik?

2. Mengetahui alasan sebenarnya mengapa Anda ingin menikah
Di Indonesia, ada dua alasan besar mengapa orang menikah muda. Pertama adalah marriage by accident, dan yang kedua adalah karena mereka telah memiliki rencana-rencana jangka panjang, misalnya mereka menginginkan anak yang umurnya tidak terlalu jauh atau jika mereka sudah memasuki usia pensiun, anaknya sudah dewasa.

Jika Anda masuk dalam kategori pertama, yang bisa Anda lakukan supaya pernikahan Anda berhasil adalah Anda harus bisa menjadi orang yang dewasa, berkembang, dan matang. Hal ini bisa terjadi jika Anda mau membuat keputusan untuk menjadi dewasa. Tanpa keputusan, semua hal itu tidak akan bisa terjadi. Jika Anda sudah mengambil keputusan, mulailah untuk membuat rencana tentang pernikahan Anda dan kemudian belajar melalui buku-buku. Saat ini sudah banyak buku-buku mengenai merawat bayi, self improvement, dan sebagainya. Sedangkan jika Anda masuk ke bagian kedua, lanjutkanlah rencana Anda itu dan jalankan apa yang sudah Anda rencanakan.

3. Anda sudah mampu untuk membiayai kehidupan Anda sendiri, dan membiayai kehidupan keluarga. Pernikahan membutuhkan uang untuk membayar pengeluaran rumah tangga, apalagi jika sudah memiliki anak. Anda harus memikirkan berbagai biaya, seperti untuk membeli susu, makan, dan sekolah anak. Jika Anda sudah mampu, hal ini menjadi salah satu tanda Anda sudah dewasa dan siap untuk menikah.

4. Bisa menahan ego. Untuk Anda ketahui, masalah atau konflik yang biasa dialami bagi pasangan yang menikah di usia muda adalah masalah ego, di mana seseorang masih mementingkan dirinya sendiri. Jika Anda dan pasangan Anda sama-sama masih memiliki ego yang tinggi, kemungkinan akan timbul konflik cukup besar karena dari kedua belah pihak tidak ada yang mau mengalah. Jika hanya salah satu pasangan yang tidak bisa menahan ego, masalah bagi pihak yang sudah bisa menahan adalah apakah Anda mampu untuk menghadapi orang yang egonya masih cukup besar seumur hidup Anda?

5. Kita mengetahui siapa diri kita dan pasangan kita. Maksudnya adalah kita mengenal kepribadian kita dan pasangan. Apakah dia orangnya pemarah? Apakah saya bisa menghadapi orang pemarah? Apakah dia masih kekanak-kanakan? Apakah saya masih moody? Hal ini penting untuk diketahui supaya kita bisa menerima pasangan Anda sebelumnya, sehingga Anda tidak merasa dibohongi di kemudian hari hanya karena Anda belum mengenal diri Anda sendiri dan pasangan secara lebih mendalam.

6. Membuat komitmen di awal pernikahan. Biasanya disebut perjanjian pra nikah. Tetapi sebaiknya yang menjadi perjanjian jangan hanya masalah keuangan, tetapi juga masalah-masalah lain. Contohnya, komitmen masalah anak dan cara mengurusnya, karena dalam mengurus anak kedua orangtua harus seia sekata. Kemudian, masalah apakah istri boleh bekerja atau hanya boleh di rumah. Jangan karena masalah-masalah yang seharusnya bisa diminimalisasi di awal pernikahan menjadi masalah besar belakangan karena belum ada komitmen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com