Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KB Diabaikan, Jumlah Penduduk Melonjak

Kompas.com - 24/09/2010, 07:26 WIB

Jakarta, Kompas - Pengabaian terhadap program Keluarga Berencana mengakibatkan jumlah penduduk menjadi tak terkendali. Contohnya, proyeksi jumlah penduduk melonjak di luar harapan pada 2010.

Pengendalian penduduk harus menjadi prioritas. Apalagi kesehatan dan usia harapan hidup meningkat sehingga tanpa pengendalian rawan terjadi ledakan jumlah penduduk. Hal tersebut terungkap dalam jumpa pers dalam rangka Hari Kontrasepsi Dunia yang mengangkat tema ”50 Tahun Pil Kontrasepsi”, Kamis (23/9).

Direktur Jaminan dan Pelayanan Keluarga Berencana (KB) Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Setia Edi mengatakan, jumlah penduduk pada 2010, menurut perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 237,6 juta jiwa. Angka itu melenceng dari proyeksi BPS, yakni jumlah penduduk 234,2 juta pada tahun ini.

Jumlah penduduk 237,6 juta tersebut mendekati proyeksi BPS untuk jumlah penduduk tahun 2015, yakni 237,8 juta jiwa. ”Angka itu sudah tercapai sekarang. Dengan melencengnya proyeksi itu, jumlah penduduk diperkirakan 264,4 juta tahun 2015,” ujarnya.

Dia mengatakan, jika yang ber-KB 1 persen saja setiap tahun, proyeksi tahun 2010 akan tetap sesuai. ”Kenyataannya, yang ber-KB tidak sesuai harapan,” ujarnya.

Pemerintah mempunyai target baru. Pada 2014, ditargetkan Angka Fertilitas Total (Angka Kelahiran/TFR) 2,1 dan pengguna kontrasepsi 65 persen. Saat ini, TFR 2,3 dan pengguna kontrasepsi sekitar 61,4 persen. Selain itu, ditargetkan empat tahun ke depan unmeet need 5 persen dan usia kawin pertama 21 tahun.

Setia mengatakan, salah satu kendala program KB ialah otonomi daerah yang menyebabkan keterputusan koordinasi dan implementasi program secara luas. Tidak semua daerah mempunyai struktur yang khusus mengurusi KB. Di tengah perubahan itu, fungsi petugas Penyuluh Lapangan KB (PLKB) juga tergerus karena kurangnya dukungan. Padahal, PLKB penting untuk mengedukasi dan memberikan konseling sehingga masyarakat dapat merencanakan keluarga dengan baik dan rasional.

Dia mengatakan, penggunaan kontrasepsi sangat bergantung pada tiap-tiap pasangan. Pemerintah tetap konsisten dengan pandangan penggunaan kontrasepsi rasional, efektif, dan efisien.

Saat ini penggunaan kontrasepsi baru 61 persen. Itu pun yang masih dominan ialah suntikan yang jangka pendek. ”Jika menggunakan kontrasepsi jangka panjang, seperti IUD (spiral), biaya transportasi dapat dihemat,” ujarnya.

Berdampak luas

”Liarnya” pertambahan penduduk memprihatinkan. Pencapaian target pembangunan ditentukan pula oleh pertambahan penduduk. Ketua Ikatan Dokter Indonesia Prijo Sidipratomo mengatakan, sebuah bangsa yang kuat harus mempunyai perencanaan, termasuk membangun sumber daya manusia berkualitas yang akan menjadi daya saing sebuah bangsa.

Ketua Asia-Pacific Council on Contraception (APCOC) Biran Affandi mengungkapkan, ber-KB memberikan keuntungan, antara lain, meningkatkan kesehatan ibu dan anak, peningkatan kualitas hidup keluarga, pemberdayaan perempuan, pelestarian lingkungan, stabilitas keamanan negara, pertumbuhan ekonomi makro, dan pengurangan aborsi. Edukasi tentang merencanakan keluarga dengan baik sangat penting. (INE)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com