Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keperawanan Bukan Isu Moralitas

Kompas.com - 28/09/2010, 16:38 WIB

Ini masalah stigmatis, katanya, bahwa keperawanan berhubungan dengan aktivitas seksual. Padahal, keperawanan bukan hanya terkait seks. Kecelakaan saat berolahraga bisa saja menyebabkan selaput dara robek, jelas Lita.

Wacana tes keperawanan ini lebih banyak mengarah kepada hal negatif, kata Lita. Jiwa anak akan tergoncang dan malu dalam jangka panjang, jika ternyata hasil tes menunjukkan ia tak lagi perawan. Kepercayaan dirinya akan runtuh dalam waktu lama. Remaja kemudian bisa mengalami traumatis mendalam.

"Lagipula tak mudah melakukan tes keperawanan. Seksolog yang lebih ahli memeriksanya," kata Lita, menilai wacana ini terlalu mengada-ada.

Usulan tes keperawanan sebenarnya berniat baik. Agar remaja lebih mawas diri, tidak bergaul bebas, berhati-hati melakukan aktivitas yang membahayakan keperawanan. Namun masih lebih banyak pengaruhnya negatifnya, tegas Lita.

Jika cara ini dipilih untuk mengontrol perilaku remaja, orangtua menunjukkan kegoisan dirinya.

"Ini hanya akan menjadi pembenaran orangtua supaya tidak disalahkan. Padahal tanggung jawab mendidik anak ada pada orangtua dan guru. Orangtua dengan pembenaran seperti ini adalah orangtua yang malas, dengan alasan bekerja, tak punya waktu melakukan pendekatan dengan anaknya," kritik Lita.

Jika maksud di balik ini adalah untuk mengawasi perilaku remaja, seharusnya orangtua mau lebih menyelami dunia anak remaja.

"Orangtua jangan merasa selalu benar dan menang. Orangtua jangan diktator. Cobalah untuk menganggap dari sisi terbalik. Bagaimana seandainya jika menjadi remaja dalam era kekinian. Jangan hidup di jamannya orangtua," tegas Lita.

Isu keperawanan memang sudah tak layak digulirkan. Karenanya penolakan yang lebih kuat dari kaum perempuan perlu dilakukan. Dengan melihat isu keperawanan bukan sebagai isu moralitas, kata Neng Dara.

"Perempuan harus lebih bersuara soal ini," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com