Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

House of Leather, Pembeli Bisa Bawa Model Sendiri

Kompas.com - 01/11/2010, 08:06 WIB

KOMPAS.com - Untuk mencapainya harus melewati sebuah gang sempit di kawasan Cikutra. Dari salah satu rumah yang letaknya berdempetan inilah kerajinan tas kulit asal Bandung diproduksi untuk memenuhi permintaan ke berbagai kota di Indonesia.  

Ruang tamu merangkap ruang pajang itu tidak terlalu luas. Di kiri dan kanan tembok terdapat rak-rak yang berisi deretan tas dengan pilihan warna beragam. Satu model tas biasanya terdiri atas tiga sampai empat warna.

Sekilas pandang, ruangan itu didominasi tas untuk perempuan. Meskipun ada beberapa pasang sepatu pria sebagai ”pemanis” yang diletakkan di rak paling bawah.

Memang, produk utama dari industri rumahan bernama ”House of Leather” (HoL) ini adalah tas wanita. Untuk pelancong yang senang bertandang ke Bandung, gerai milik Ade Kusmana ini sudah menjadi salah satu ”detewe”, alias daerah tujuan wisata. Mungkin karena kualitas produknya yang memadai dengan harga terjangkau. Samakan kulitnya halus, jahitannya rapi, dan modelnya trendi.

Datanglah pada jam makan siang. Ruang pajang itu mulai dipenuhi pengunjung yang semuanya ibu-ibu yang sedang menikmati jam istirahat kantor. Ada yang sekadar mencari tahu apakah produk terbaru sudah dikeluarkan, ada yang menagih pesanan, juga yang langsung melakukan transaksi selusin sekaligus. Mungkin untuk dijual kembali.

Sistem yang dipakai HoL adalah jual putus. Artinya, pembeli yang ingin menjual kembali, termasuk dengan menempelkan merek di tasnya, dipersilakan saja. ”Kami hanya menerapkan harga dasar, yang berkisar dari Rp 200.000 sampai Rp 600.000, tergantung model tas,” kata Deden Sudiana, salah satu karyawan House of Leather.

Sistem penjualan seperti itu membuat produk industri rumahan ini menjadi incaran sejumlah pebisnis ritel yang memiliki akses ke mal-mal di kota besar, ataupun yang memiliki gerai pribadi. ”Lha, saya aja tahunya dari adik saya yang di Pekanbaru. Dia membeli di sana harganya Rp 400.000 dan laku banget. Terus dia bilang pusatnya ada di Bandung. Harganya bisa separuhnya,” kata Yani, yang siang itu sibuk mengumpulkan tas model kantong dari bermacam warna.

Pembeli lainnya juga mengaku tas asal HoL ini bisa dihargai tiga sampai empat kali lipat bila sudah sampai di mal eksklusif ataupun gerai elite seperti yang ada di Jalan Kemang, Jakarta. ”Setiap bulan kami memasok untuk toko-toko di Citos (Cilandak Town Square), Mangga Dua, Tanah Abang. Juga ke Cirebon, Medan, dan Riau,” kata Deden.

Rantai panjang
Tas kulit cantik yang dipajang di rak itu memiliki perjalanan cukup panjang. Tengoklah ke salah satu rumah yang berada di sekitar gerai HoL. Di situ, para tetangga sedang sibuk memotong lembaran kulit sapi yang didatangkan dari Tangerang, Karawang, dan Cianjur. Sementara pekerja lainnya menggunting dan menjahit sesuai pola yang diminta. Di dalam satu rumah, biasanya ada tiga sampai empat perajin. Saat ini ada lima rumah yang dijadikan tempat produksi.

Para perajin di rumah Suneni siang itu serentak mengerjakan satu desain tas, sejenis tote bag. ”Kalau model seperti ini kebetulan tak sulit, apalagi bahan kulitnya lunak sehingga dalam sehari kita bisa mengerjakan selusin,” ujar Suneni, yang bertugas menjahit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com