Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melayang bersama Salsa

Kompas.com - 09/01/2012, 12:49 WIB

Atika (24) memilih belajar tari salsa karena efektif mengubah tubuhnya menjadi lebih seksi. ”Baru satu bulan berlatih salsa, tubuh sehat, lebih ringan, dan serasa makin cantik,” kata ibu satu anak ini.

Keanggunan tarian salsa makin kental terasa karena perempuan penari wajib menggunakan sepatu hak tinggi. Tubuh penari harus selalu pada posisi tegak agar goyangan pinggul bisa makin terlihat indah. Lemak di tubuh pun lantas terbakar oleh gerakan dinamis itu.

Karena baru masuk kelas pemula, Atika baru menguasai delapan step tari salsa. Selain salsa, Tika juga menguasai line dance yang juga merupakan tarian latin. Berbeda dengan line dance yang cenderung egois, tari salsa membutuhkan kerja sama karena harus ditarikan secara berpasangan.

Untuk mempererat keakraban antarkaryawan, pemilik PT Batara Suryasemesta yang bergerak di bidang building material, Sofia Meilani, juga sengaja mendatangkan pelatih salsa dari Lets Salsa Indonesia bagi karyawannya. Lebih dari 70 karyawan diajak berlatih salsa selama dua bulan, kemudian mempraktikkan salsa di acara perusahaan.

Dengan hanya sepuluh kali latihan, karyawan Batara sudah berani tampil menari salsa. Salah satu karyawan, Nelly (28), mengaku mulai jatuh cinta pada salsa meski awalnya sempat merasa enggan belajar. ”Salsa bisa membangun kebersamaan antarkaryawan sebagai social dancing,” tambah Sofia.

Murid dari Lets Salsa Indonesia, Chieko Kato, yang sudah delapan tahun belajar salsa, mengaku berolahraga dengan menari salsa. Ketika pindah ke Indonesia, perempuan asal Jepang ini pun segera bergabung dengan komunitas salsa di Jakarta.

Lain lagi cerita Rikas yang ketagihan tari salsa meskipun baru dua bulan belajar. Awalnya, dia hanya berusaha mengimbangi pacarnya yang sudah piawai menari salsa. ”Cowok harus jago karena harus jadi leader. Ketika menari salsa, cowok akan terlihat cowok banget,” kata peraih gelar L-Men of the Year 2010 ini.

Rikas sempat menyesal tidak belajar salsa sejak awal. Ia pernah pergi ke Republik Dominika dan tidak bisa bergabung ketika rekan-rekannya di sana menari salsa. Setelah mulai bisa menari salsa, Rikas berharap bisa memanfaatkan tari salsa untuk berkomunikasi jika suatu saat kembali pergi ke tempat-tempat di mana salsa menjadi perekat hubungan sosial.

Dengan bergabung dalam komunitas salsa, para pencinta tari salsa ini bisa puas menari. Tak hanya tubuh yang sehat, hati pun makin senang.

(Mawar Kusuma)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com