Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaria Masih Menjadi Ancaman di Pulau Jawa

Kompas.com - 17/01/2012, 07:17 WIB

Jakarta, Kompas - Wilayah pedesaan dan hutan di Jawa masih menjadi tempat yang baik bagi nyamuk Anopheles berkembang biak. Mobilitas masyarakat antarpulau yang makin tinggi membuat parasit malaria dalam tubuh seseorang yang tinggal di daerah endemis mudah ditularkan kepada orang lain ketika parasit itu bertemu nyamuk Anopheles.

”Daerah perindukan nyamuk berada di daerah yang sulit dijangkau sehingga nyamuk sulit diberantas,” kata Guru Besar Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Supargiyono saat dihubungi dari Jakarta, Senin (16/1).

Tempat perkembangbiakan nyamuk ada di hutan, kebun, sawah, pantai, dan genangan air di pinggir sungai atau mata air (belik) tempat warga mandi. Nyamuk Anopheles menggigit korban saat hari gelap, saat sore hingga pagi.

Kondisi ini membuat semua kabupaten di Jawa masih rentan terhadap malaria, bukan hanya di wilayah timur Indonesia. Daerah perkotaan relatif lebih aman.

”Jika ada kejadian malaria tidak segera ditangani dan diobati dengan benar, bisa terjadi letupan kasus malaria,” katanya.

Letupan terakhir terjadi di Kecamatan Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama Januari 2012 terdapat 43 kasus malaria. Pada 2009, kejadian luar biasa malaria di Jawa terjadi di enam kabupaten.

Angka kesakitan per 1.000 penduduk berisiko di satu lokasi atau annual parasite incidence (API) malaria di Indonesia pada 2008-2009 mencapai 1,85 per 1.000 penduduk. Pada tahun 2014, API ditargetkan hanya 1 per 1.000 penduduk.

”Tahun 2015, Pulau Jawa ditargetkan bebas malaria,” ujar Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan, Tjandra Yoga Aditama.

Bebas malaria tak berarti tidak boleh ada kasus penularan malaria di wilayah itu. Masih dibolehkan ada kasus malaria yang penularannya dari daerah lain.

Hingga kini, hanya Jakarta (tidak termasuk Kepulauan Seribu), Bali, dan sejumlah pulau di Kepulauan Riau yang dinyatakan bebas malaria pada tahun 2010. Wilayah lain ditargetkan bebas malaria bertahap hingga terakhir Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur pada tahun 2030.

Penangkalan

Menurut Tjandra, penyebaran malaria di Jawa dapat ditangkal dengan mengubah perilaku. Pada kasus di Kokap, masyarakat yang tertular adalah pengambil air nira kelapa. Mereka mengambil nira hingga malam hari tanpa menggunakan baju sehingga rentan digigit Anopheles.

Masyarakat di wilayah berisiko perlu membiasakan diri tidur berkelambu dilapisi insektisida. Bila keluar malam, tubuh perlu ditutup sehingga terhindar dari gigitan nyamuk. (MZW)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com