Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Bersaudara Menderita dalam Pasungan

Kompas.com - 06/04/2012, 04:09 WIB

SITUBONDO, KOMPAS.com - Hukuman pasung masih saja dialami oleh warga miskin yang menderita gangguan jiwa seperti depresi dan stres berat. Pasung juga kerap dijadikan solusi terakhir bagi masyarakat miskin tak mampu dalam menangani kerabat mereka yang mengalami gangguan jiwa.

Hal itu pula yang dialami dua pria saudara sepupu bernama Munir (40) dan Samsudin (37), warga Desa Pokaan, Kecamatan Kapongan, Situbondo, Jawa Timur. Pihak keluarga terpaksa memasung keduanya karena sering berbuat sesuatu yang meresahkan warga sekitar akibat gangguan jiwa yang diderita.

Didua kuat, keduanya terpaksa dipasung karena keluarga sudah tidak lagi mampu membiayai pengobatan. Munir dan Samsuddin kini  tak berdaya menjalani sisa hidupnya dalam pasungan sejak mengalami depresi beberapa tahun lalu.

Bila kumat, mereka kerap mengamuk. Mereka dipasung di tempat yang berbeda. Samsudin udah sekitar 10 tahun dipasung oleh keluarganya di sebuah gubuk kosong, dengan kondisi kaki kanan dijepit menggunakan balok kayu. Bahkan, akibat puluhan tahun hidup dalam pasungan, saat ini kondisinya sangat memperihantinkan. Tubuhnya tinggal tulang berbalut kulit karena kekurangan asupan makanan. Ayah dari dua anak ini tampak sangat menderita karena pihak keluarga tak bisa membawanya berobat ke Rumah Sakit Jiwa di Lawang, Malang.

Adapun Munir, kakak sepupu Samsudin, bernasib serupa.  Ia dipasung berjarak sekitar 100 meter dari lokasi pemasungan Samsudin. Munir dipasung dengan kondisi tangan dan kaki dirantai di sebuah pohon mangga di sebelah barat rumahnya. Sejak 5 tahun lalu, Munir tinggal di bawah pohon dengan hanya beratapkan tenda plastik.

Istri Samsudin, Saodah (35), menuturkan bahwa pasungan menjadi pilihan terakhir karena putus asa dengan penyakit jiwa yang dialami suaminya sejak 12 tahun lalu. Samsudin yang menikahinya pada tahun 1999dan telah memberi 2 orang anak, awalnya menderita penyakit saraf. Meski penghasilan suaminya pas-pasan sebagai kuli bangunan, Saodah setia menemani Samsudin untuk periksa ke dokter spesialis saraf di Situbondo.

"Kalau minum obat, sembuh, tapi nanti kumat lagi. Kami sampai menjual tanah rumah untuk biaya obatnya. Tapi tetap tidak sembuh-sembuh. Ini bukan faktor keturunan, karena keluarga yang lain tidak ada yang begini. Puncaknya terjadi pada tahun 2006, penyakit yang diderita makin parah, sehingga keluarga terpaksa memasungnya," terangnya.

Sedangkan Munir juga dipasung karena sering mengamuk akibat penyakit saraf yang dideritanya. Pria 40 tahun itu diduga mengalami depresi setelah bercerai dengan istrinya.

Namun kondisi Samsudin lebih memprihatinkan. Tubuhnya kurus kering karena sudah dua minggu tidak mau makan dan minum. Kedua orang tuanya, Siwan dan Nawiyah, mengaku sudah pasrah dengan kondisi anaknya tersebut. "Sebetulnya kami telah berupaya untuk menyembuhkan penyakit keduanya, namun belum berhasil," kata Nawiyah sembari mengusap air matanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com