Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2016, 17:07 WIB
Adhis Anggiany Putri S

Penulis


KOMPAS.com – Orang yang terbiasa makan sambil melakukan hal lain, seperti menonton televisi atau bekerja di depan komputer akan sulit menurunkan berat badan. Sebaliknya, kebiasaan ini justru menyebabkan berat terus bertambah. Kenapa?

Makan sambil menonton, bekerja, atau melakukan hal lain membuat otak tidak fokus pada makanan sehingga tak mampu mendeteksi rasa kenyang tepat waktu. Walaupun perut sudah penuh dan jumlah makanan melebihi kebutuhan, rasa kenyang tak kunjung datang.

Otak terlalu sibuk dengan kegiatan lain sehingga terlambat bahkan tidak mampu memberi stimulus berupa perasaan kenyang. Tanpa sadar, camilan pun jadi tambahan santapan dengan alasan "masih lapar".

Penelitian yang dilakukan Universitas Liverpool, Inggris, dikutip situs Daily Mail, Senin (18/3/2013) mendukung pernyataan tersebut. Kebiasaan makan sambil melakukan hal lain bisa meningkatkan jumlah makanan yang dikonsumsi.

Menurut penelitian itu, orang yang tidak fokus terhadap makanan cenderung makan 10 persen lebih banyak dari biasanya. Jumlah ini akan bertambah 25 persen lagi pada waktu makan berikutnya.

Hati-hati, menurut psikolog dari klinik penurunan berat badan Lighthouse, Naomi Ernawati Lestari, kebiasaan tersebut bisa menyebabkan obesitas. Kalau sudah begitu diet biasa saja belum tentu ampuh menurunkan berat badan.

"Masalahnya bukan di makanan atau tubuh, masalahnya ada di pikiran," kata Naomi seperti dikutip situs web lighthouse-indonesia.com, Sabtu (21/5/2016).

Thinkstockphotos Hati-hati, makan bersama kawan juga sering membuat kita keasyikan sehingga tak sadar akan jumlah makanan yang sudah dikonsumsi.

"Mindful eating"

Diet bisa gagal total jika kontrol diri terhadap makanan tak ditingkatkan. Pelaku diet wajib memahami dan mampu memilah mana makanan yang dibutuhkan dan tidak diperlukan tubuh.

Meski demikian, menghilangkan kebiasaan "lapar mata" membutuhkan semangat juang tinggi. Pengalaman tersebut pernah dialami seorang karyawati swasta asal Bandung, Elly Sutedja (42).

"Saya sudah terbiasa makan dengan pola yang berantakan. Apa yang terasa enak di mulut atau terlihat menarik di mata, pasti saya lahap," ucap Elly yang berhasil menurunkan berat badan dari 83,4 kilogram menjadi 69,8 kilogram dalam tiga bulan dikutip dari situs sama.

Karena itu, pola pikir sebaiknya diperbaiki terlebih dulu agar kebiasaan makan menjadi lebih sehat. Salah satu teknik yang bisa dicoba adalah mindful eating atau makan dengan kesadaran penuh.

Mindful eating mengajarkan untuk menikmati pengalaman makan secara perlahan dan menyeluruh. Televisi, gadget, dan sesuatu yang bisa membuat perhatian teralihkan wajib dihindari.

"Mindful eating membantu Anda mendengar apa yang tubuh ingin katakan mengenai rasa lapar dan rasa puas," ujar Naomi.

Teknik sama dilakukan pula oleh Elly selama melakukan diet. Selain berolahraga dan menjalani program penurunan berat badan lain, dia juga mengatur pola makan dengan menguatkan kontrol diri.

"Rasanya cukup berat, terutama pada tahap awal. Ada saat-saat saya merasa susah sekali menahan godaan," kata Elly.

Walau sulit, dia mantap menjalani program diet. Elly tak mau lagi dikomentari tentang badannya yang "melar". Lama kelamaan, ia mulai bisa makan secara perlahan dan tanpa gangguan.

Dalam mindful eating, pikiran harus difokuskan pada tekstur, rasa, dan aroma makanan yang disajikan. Selain itu, makanan pun wajib dikunyah tanpa terburu-buru sebelum ditelan.

THINKSTOCKPHOTOS Makan sambil bekerja akan membuat otak tidak fokus untuk mendeteksi rasa kenyang. Akhirnya, rasa lapar tak kunjung datang. Camilan seperti donat pun dimakan karena belum kenyang.

Perlu diketahui, otak membutuhkan waktu kira-kira 20 menit untuk mendeteksi bahwa perut sudah kenyang. Jika terbiasa menghabiskan santapan dalam waktu kurang dari ini, besar kemungkinan Anda ingin menyendok nasi lagi.

Mengunyah secara perlahan pun mampu memperlancar proses pencernaan makanan. Air liur mengandung enzim pencernaan yang bisa memecah makanan menjadi bagian kecil agar lebih mudah diproses dan diserap tubuh. Enzim lingual lipase, misalnya, mampu membantu memecah lemak.

Dengan sendirinya, mengunyah perlahan memberikan waktu cukup bagi otak untuk mendeteksi rasa kenyang. Tanpa perlu bersusah payah menahan lapar, tubuh terlebih dulu merasa kenyang dan porsi makan pun jadi teratur.

Terbukti, Elly berhasil menurunkan berat hingga 13,6 kilogram hanya dalam tiga bulan. Ia tekun menjalankan mindful eating sambil mengurangi dan mengatur pola makan.

Dia tidak mengkonsumsi gula, tepung, dan minyak. Bahan makanan pun dipilih yang menyehatkan.

Elly lebih mendahulukan protein sebelum karbohidrat saat makan. Ia menjalankan semua anjuran dari klinik penurunan berat badan Lighthouse tempatnya berkonsultasi selama diet.

Nah, jika ingin mengikuti jejak Elly, ada baiknya Anda juga berkonsultasi kepada ahli sebelum melakukan diet. Program penurunan berat badan memang lebih aman dilakukan di bawah pengawasan medis. Ingat, tidak semua orang cocok melakukan satu jenis program diet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com