Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/09/2017, 20:47 WIB
|
EditorLusia Kus Anna

Jika bayi mendapatkan MPASI dengan metode BLW, dikhawatirkan ia tidak mendapat nutrisi dalam jumlah yang cukup.

"Biasanya menu dalam BLW adalah buah atau sayuran yang dikukus. Padahal bayi juga butuh protein hewani sebagai sumber zat besi, tidak mungkin kan bayi diberi daging berbentuk padat," katanya.

Selain itu, bayi berusia kurang dari setahun belum terlalu mahir mengunyah karena giginya juga belum lengkap. Mereka belajar makan dengan menghisap-hisap makanan yang digenggamnya sehingga ada risiko jumlah yang masuk ke dalam tubuhnya hanya sedikit.

"Bayi juga perlu menelan dalam jumlah yang cukup, bukan hanya menghisap makanannya," katanya.

Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi juga harus disesuaikan dengan kemampuan fisik, oromotorik, kesiapan saluran pencernaan, dan juga emosi anak.

"Dari segi kesiapan fisik misalnya anak sudah bisa duduk tegak, refleks mengeluarkan lidah sudah berkurang, dan kepala sudah tegak," paparnya.

Sementara itu, kemampuan oromotorik bayi ditandai dengan tumbuhnya gigi. Di usia 8 bulan pada umumnya lidah bayi sudah bisa menggeser makanan sehingga mengurangi risiko tersedak.

Dari sisi psikologis misalnya ada perpindahan dari reflektif ke imitatif (menirukan), anak sudah mandiri dan banyak melakukan gerakan eksploratif, ada keinginan makan dengan cara membuka mulut, rasa lapar dengan memajukan tubuhnya ke depan atau tidak berminat dengan menarik tubuh.

Ditambahkan oleh drg.Andria Diarti SpKGA, kemampuan mengunyah sangat terkait dengan pertumbuhan gigi sehingga pengenalan makanan padat pertama sebaiknya dimulai dengan makanan lunak.

"Ketika pemberian MPASI dengan metode BLW beresiko menyebabkan kekurangan nutrisi, akan berdampak pada pertumbuhan gigi anak," kata Andria.

Walau begitu, pemberian makanan bertekstur padat menurut Andria bisa merangsang pertumbuhan gigi karena lengkung gigi yang bertambah saat ada tekanan pada gusi.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com