Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2017, 20:00 WIB
Kahfi Dirga Cahya

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jejeran kaleng kerupuk mencuri perhatian di dinding luar sebuah ruangan hotel. Kaleng berwarna merah, biru, kuning lengkap dengan kerupuk di dalamnya. Meskipun tak penuh, kerupuk putih mengisi ruang-ruang kosong. Tertumpuk.

Selain itu, terpampang bentuk huruf khas yang tercetak pada kaleng. Cukup beragam: usaha, usaha jaya, semangat, ikhtiar. Tercetak dengan sablon putih.

Adalah Ayang Kalake, seorang fotografer yang menampilkan kesederhanaan serta keaslian Indonesia lewat kaleng kerupuk dalam gelaran pameran Indonesia Contemporary Art & Design (ICAD) 2017 dengan tema Murni di Hotel Grandkemang, Jakarta Selatan.

"Ini bentuk perhatian saya tentang hal sepele di Indonesia. Bisa dibilang sangat sepele dan sederhana sampai orang cenderung enggak memposisikan sebagai sesuatu yang bernilai," kata Ayang yang menamakan karyanya, 'Usaha Gaya Barokah' kepada Kompas Lifestyle, Selasa (4/10/2017).

Kerupuk adalah bagian dari sisi asli Indonesia. Makanan ringan ini memiliki sisi kenikmatan yang memikat masyarakat. Bahkan, sebagian orang tak mau makan tanpa kerupuk.

Kerupuk dimunculkan dalam pameran Ayang untuk mengingatkan kembali sisi fungsionalnya--yang memang fokus dari karya seni Ayang pada pameran ke delapan ini.

"Jangan lupakan sesuatu yang sederhana, karena ketika hilang, maka akan dicari-cari," sambung Ayang.

Tak cukup kerupuk. Ayang juga berkreasi pada kaleng. Dia mendistorsi bentuk kaleng--ada yang dibuat memanjang ke samping dan bawah--tapi tidak pada pada hal-hal detail seperti cetakan dan bentuk huruf.

Distorsi dan cetakan kata-kata itu membuat sebuah kesimpulan tentang hidup. Bentuk tak lazim digambarkan sebagai hidup yang memiliki keragaman, ada yang manis dan pahit, susah dan senang.

Sementara pada tulisan sebagai penyemangat. Misalnya tulisan di kaca seperti 'stay cool' dan 'keep funky'. Kata-kata lain seperti "usaha, iktiar, usaha, ikhtiar, usaha jaya, piknik" untuk memberikan pesan bahwa kebahagiaan didapat bila tetap berusaha dan berikhtiar. Selain itu, kaleng dengan cermin bertujuan untuk merefleksikan diri.

"Kerupuk dan kaleng ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa lepas dari masyarakat Indonesia. Pesan itu mau disampaikan Ayang Kaleke, ditambah sisi kesederhanaan serta fungsional sebuah karya seni," kata Itjuk Rahayu, kurator karya dari Ayang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com