Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/03/2018, 06:30 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Senyuman mengandung berjuta arti. Tidak semua senyuman mengekspresikan kehangatan dan kegembiraan.

Riset dari University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat, mengungkapkan, tubuh manusia cenderung bereaksi berbeda terhadap senyuman.

Reaksi tersebut tergantung pada pesan yang ingin disampaikan oleh senyuman. Mereka lantas menetapkan tiga jenis senyuman berdasarkan tujuannya.

Jenis pertama adalah senyuman 'dominasi' yang digunakan untuk menyampaikan status.

Jenis berikutnya adalah senyum 'afiliasi' untuk mengomunikasikan sebuah ikatan dan menunjukkan bahwa orang yang ada di hadapan bukanlah ancaman.

Jenis terakhir adalah senyum 'penghargaan' yang bisa berupa senyum berseri untuk seseorang guna memberi tahu dia telah membuat kita berbahagia.

"Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan halus dalam ekspresi wajah saat seseorang berbicara kepada kita secara mendasar dan dapat mengubah pengalaman, dan cara mereka menilai kita," kata Jared Martin selaku pemimpin riset.

Dalam riset tersebut, periset mencoba membuat mahasiswa lelaki merasa stres dengan memberi mereka minuman beralkohol yang disajikan dalam ukuran kecil, ditambah tugas pidato mendadak, yang dinilai melalui webcam oleh sesama mahasiswa.

Periset juga menilai tingkat detak jantung dan kortisol atau hormon stres peserta riset tersebut.

"Jika mereka menerima senyuman dominasi, yang akan mereka anggap negatif dan kritis, mereka merasa lebih stres, kortisol mereka naik dan terjaga lebih lama setelah melakukan pidato," kata Paula Niedenthal, salah satu peneliti dalam riset.

Baca: Luar Biasa, Ada 7 Manfaat Tak Terduga dari Tertawa

"Jika mereka menerima seyuman penghargaan, mereka menganggapnya sebagai penerimaan, dan hal itu membuat mereka tidak merasa stres dan tubuh mereka tidak menghasilkan banyak hormon kortisol," tambah Paula Niedenthal.

Peserta dengan perubahan tingkat detak jantung tinggi telah menunjukkan reaksi fisiologis yang lebih kuat terhadap senyuman yang berbeda.

Perlu kita ketahui bahwa perubahan tersebut tidak bersifat bawaan dan tak bisa diubah.

Namun, menurut Jared Martin, kelainan tertentu seperti obesitas, penyakit kardiovaskular, kegelisahan, dan depresi dapat mengakibatkan perubahan denyut jantung.

Inilah yang membuat periset menemukan kesulitan untuk mengenali reaksi fisiologis untuk mengenali dan bereaksi terhadap sinyal sosial seperti reaksi terhadap jenis senyuman.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com