Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Soeharto Semedi" dan "Diponegoro dengan 7 Istri", Muncul di Solo

Kompas.com - 08/03/2018, 20:01 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Bertajuk "Re-Aktualisasi The Spirit of Java", kelompok pepeling yang terdiri dari perupa Chris, Boim, dan Muncang menggelar pameran lukisan di Balai Soedjatmoko, Surakarta, Rabu (7/3/2018).

Pameran ini berusaha menjadikan media lukisan untuk menyampaikan fakta empiris dari sejarah bangsa, khususnya di Pulau Jawa.

Tema yang dipilih dalam pameran ini pun merupakan kumpulan dari sejumlah kerifan lokal masyarakat Jawa.

Dari 27 lukisan yang dipamerkan dalam acara tersebut, karya berjudul "Laku Tapabrata (Daripada) Soeharto" merupakan salah satu yang terbilang unik.

Lukisan tersebut mencoba menceritakan sisi lain dari Presiden kedua Republik Indonesia.

Boim, selaku pembuat karya tersebut mengaku, dibutuhkan waktu lebih dari seminggu untuk menciptakan lukisan berukuran 50x70 cm tersebut.

"Semua ide lukisan yang dipamerkan di sini ya dari riset tulisan tentang sejarah, termasuk lukisan ini," ucap pemilik nama lengkap Vicentius Heru Margiyanto ini.

Pria kelahiran Yogyakarta ini juga menceritakan, lukisan yang menjadikan Soeharto sebagai tokoh sentral ini juga ingin menceritakan sisi lain dari Pak Harto yang jarang diketahui masyarakat.

"Lukisan ini 'kan menggambarkan Pak Harto yang sedang semedi atau meditasi. Ini salah satu bentuk kegiatan orang Jawa untuk mencapai suatu tujuan."

"Dulu, jika ingin mencapai tujuan tertentu, orang Jawa biasanya puasa dan semedi."

"Itu suatu tradisi yang mesti akan ada di kalangan masyarakat. Istilahnya masih nguri-nguri (menjaga) kebudayaan jawa dari sisi spiritualistas."

"Itu yang juga ada dalam diri Soeharto," kata pria lulusan Institut Seni Indonesia Surakarta tersebut.

Selama berperan dalam pemerintahan Indonesia, Boim meyakini, Soeharto juga tak pernah lepas dari spiritualitas tersebut.

Oleh karena itu, Boim turut menggambarkan sisi lain mantan presiden Indonesia ini dalam karyanya.

"Ketika dia mempunyai peran dalam pemerintahan itu nggak lepas dari hal mistik yang akhirnya dijadikan proses dalam hidupnya."

"Selama 32 tahun dia bisa membungkam semua orang. Pak Harto memang kelihatannya diam tetapi sebenarnya dia menyusun banyak strategi," kata pria berkilit sawo matang tersebut.

Baca: "Puisi Nge-Rock", Cara Baru Kenalkan Sastra pada Generasi "Zaman Now"

Boim juga berharap, lewat karyanya generasi masa kini bisa mengenal kebudayaan Jawa lebih dalam dan tak melupakan nilai-nilai kearifan lokal.

"Prosesi-prosesi kultural yang ada dalam budaya Jawa mungkin sudah luntur di kalangan generasi muda."

"Ini kami ingin mengingatkan, prosesi seperti ini pernah terjadi, dan seandainya saat ini dilakukan kembali, bisa jadi akan memperoleh hasil yang lebih baik."

"Anak muda sekarang kan diminta hidup prihatin sedikit saja, sangat sulit," papar dia.

Pengeran Diponegoro dengan tujuh istri

Tak cuma menggambarkan sisi lain Soeharto, dalam kesempatan tersebut Boim juga memerkan karyanya yang menggambarkan sisi lain dari Pangeran Diponegoro.

Karya itu tertuang dalam lukisan berjudul "Diponegoro Paring Pidana".

"Kalau karya yang ini menunjukan Pangeran Diponegoro yang dikelilingi banyak wanita."

"Wanita-wanita itu sebenarnya figur istrinya. Dalam sejarah 'kan nggak disebutin kalo Diponegoro punya banyak istri," ucapnya.

Dia meyakini, banyak orang yang belum tahu bahwa pahlawan Indonesia yang lahir di Yogyakarta itu memiliki setidaknya tujuh istri, yang salah satunya berasal dari China.

"Bahkan, secara seksualitas pun Diponegoro lebih dekat dengan istrinya yang dari China ini."

"Nah, lewat pameran ini, kami ingin menceritakan fakta-fakta sejarah yang selama ini tidak diajarkan di sekolah," tambah dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com