Setiap desain biasanya tidak dibuat banyak. Hal itu merupakan bagian dari strategi dalam upaya memasarkan produknya.
“Selain itu saya orangnya tidak cukup puas. Makanya saya terus mendesain dan mendesain,” ungkap dia.
Sejak produk ini dilepas masif ke pasaran 2017 lalu, animo masyarakat dalam dan luar negeri sangat tinggi.
Baca juga: Dibuat Terbatas, Sepatu Peta Indonesia Exodos 57 Langsung Sold Out
Baru satu tahun, permintaan pasar mencapai 1.300-1.500 pasang per bulan.
Permintaan itu datang dari berbagai daerah di Indonesia, serta beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Swis, Kanada, Jerman, Belanda, hingga Amerika Serikat.
“Seringkali ongkirnya lebih mahal dibanding harga sepatu Exodos yang berkisar antara Rp 350.000-Rp 2,9 juta,” ungkap dia.
Namun, tingginya permintaan tidak sesuai dengan kemampuan produksi.
Dalam satu bulan, -karena beragam faktor, Exodos hanya mampu membuat 600-700 pasang.
“Saya tidak menggunakan uang pinjaman bank. Jadi keuntungannya, saya putar kembali untuk keperluan bahan, gaji karyawan, memperluas tempat, kendaraan operasional, dan lainnya."
"Jadinya belum mampu memenuhi permintaan,” ucap dia.
Baca juga: Transformasi Tunggangan Ridwan Kamil dari Sepeda Jadi Moge...
Gaya hidup
Gally merasa, Exodos sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Target utamanya pemuda usia 25-40 tahun.
Sepatu buatan tangan ini pun cocok dikenakan ke acara resmi maupun santai.
View this post on Instagram
“Saya kalau pake blazer, sepatunya pakai Exodos, cocok-cocok saja,” ungkapnya.
Hal serupa dikenakan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.