BERBOHONG merupakan perilaku tercela. Tetapi tetap saja banyak orang yang melakukannya. Banyak sebab kenapa seseorang berbohong.
Di antaranya, ingin membela diri bahwa dia seolah benar, ada kepentingan tersembunyi, menakut-nakuti, menciptakan perbenturan, ingin lepas tanggung jawab, sudah biasa berbohong.
Berbohong pada dasarnya mengingkari kenyataan yang terjadi. Berbohong sifatnya melebih-lebihkan, tetapi tidak sesuai fakta.
Berbohong juga bisa dilakukan dengan tujuan memengaruhi atau mencari simpati atau dukungan pihak lain.
Seperti halnya dalam dunia politik, berbohong menjadi bumbu penyedap. Niccolo Machiavelli (1469-1527) seorang diplomat dan politikus, mempersilakan penguasa atau politikus berbohong demi kekuasaan.
Bahkan, penguasa diperbolehkan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, Machiavelli disebut tak bermoral, mengabaikan etika, pengajar kejahatan.
Kalau memilah kebohongan, ada yang bohong ringan ada juga yang bohong berat. Ada yang bohong spontan, ada juga yang sengaja merencanakan kebohongan. Malah ada yang suka berbohong karena kebiasaan.
Dalam psikologi ada istilah kebohongan patologis, yaitu kebiasaan bohong yang kompulsif, kronis. Kebohongan satu diikuti dengan kebohongan lainnya.
Repotnya, kebohongan yang dilakukan berulang-ulang maka lama-lama akan terbiasa. Akhirnya, bukan mustahil berubah menjadi pemakluman.
Alan & Barbara Pease dalam bukunya berjudul Kitab Bahasa Tubuh (2018) mengatakan bahwa jangan mengandalkan perkataan yang diucapkan karena pelaku dapat melatih kata-katanya berulang-ulang sehingga mahir dalam berbohong.
Satu-satunya petunjuk yang paling mudah dicermati adalah memperhatikan bahasa tubuh pelaku. Bahasa tubuh biasanya bergerak secara spontan karena pelaku tidak dapat mengendalikannya.
Wajah memang bagian tubuh yang paling banyak digunakan untuk menutup kebohongan. Tetapi, sikap dan emosi akan terungkap melalui wajah tanpa disadari pelaku.
Bahkan pembohong profesional pun, misalnya politikus, apabila diperhatikan bahasa tubuhnya dengan cermat akan terlihat juga ketika berbohong.
Berikut bahasa tubuh yang dapat mengungkapkan pelaku sedang berbohong (Alan & Barbara, 2018), yaitu
Jadi, sepandai-pandainya orang berbohong, akhirnya terlihat juga melalui bahasa tubuh.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.