KOMPAS.com - Berbelanja menjadi aktivitas yang disukai banyak orang. Entah tujuannya karena ada kebutuhan atau sekadar memiliki barang impian, belanja tentu membutuhkan uang bukan? Untuk itu, kita perlu berbelanja dengan bijak.
Sayangnya, walau sudah membuat daftar belanja, tetap saja ketika di mal kita seringkali "khilaf" membeli barang yang sebenarnya tak dibutuhkan.
Ternyata, para pemilik toko memiliki trik tertentu yang mempengaruhi psikologis kita saat berbelanja.
1. Menawarkan barang-barang murah
Bukan kebetulan hal pertama yang kita lihat di sebagian besar toko adalah satu pack permen atau kaus dengan harga murah.
Dalam ritel, pembelian impuls kecil yang murah ini disebut item "buka-dompet" dan dirancang untuk mendobrak hambatan psikologis anti-pengeluaran ketika Anda memasuki sebuah toko.
Konsultan ritel Jeff Green menyarankan agar kita berhati-hati. Pasalnya, tambahan barang item belanja yang murah ini akan memberi konsumen dorongan ekstra untuk menghabiskan lebih banyak uang nanti.
Baca juga: Ini 3 Kebiasaan Bodoh Milenial yang Bikin Boros Uang
2. Memikat pembeli dengan aroma
Ketika berjalan ke toko bahan makanan, kita mencium bau roti panggang atau makanan yang sedang di masak di area tersebut. Para penjual tahu aroma itu dapat membuat kelenjar air liur kita bekerja.
"Ketika Anda mengeluarkan air liur, Anda adalah pembelanja yang kurang disiplin," kata psikolog Paco Underhill.
Hal semacam ini tak hanya berlaku di penjualan makanan. Peneliti Martin Lindstrom mengatakan hal serupa juga terjadi di toko peralatan. Ketika pemilik toko menebarkan aroma pai apel, penjualan oven dan kulkas naik 23 persen.
3. Memperlambat dengan musik
Banyak toko memutar musik dengan ritme yang jauh lebih lambat daripada detak jantung rata-rata manusia. Kurang lebih ini yang membuat kita tanpa sadar berlama-lama di sebuah toko sehingga kemungkinan untuk membeli pun naik hingga 29 persen.
Baca juga: Fitur Baru Instagram Bisa Memperburuk Hobi Belanja
4. Membiarkan mencoba barang
Menurut sebuah studi baru-baru ini, pelanggan yang diizinkan untuk melihat dan menyentuh barang dagangan bersedia membayar 43 persen lebih banyak daripada mereka yang hanya melihatnya dalam foto atau dijelaskan dalam teks.