Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali, "Acute Mountain Sickness" yang Kerap Serang Para Pendaki

Kompas.com - 26/08/2019, 13:45 WIB
Ariska Puspita Anggraini,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber

KOMPAS.com - Meski terbilang kegiatan ekstrem, mendaki gunung menjadi aktivitas outdoor yang kian naik daun.

Banyak orang dari berbagai latar belakang dan usia melakukan pendakian seolah tak takut dengan risiko yang mengadang.

Padahal, tanpa persiapan matang kegiatan ini bisa mengancam nyawa.

Salah satu kondisi yang bisa mengancam keselamatan saat pendakian adalah acute mountain sickness (AMS).

AMS atau yang sering kali disebut sebagai penyakit gunung bisa terjadi saat pendaki berada atau bermalam di ketinggian tertentu.

Kondisi ini bisa terjadi pada usia tua dan muda, pria ataupun wanita. Namun, beberapa penelitian menyatakan wanita lebih sering terserang kondisi ini.

AMS biasanya disebabkan oleh penurunan kadar oksigen dan tekanan udara yang semakin berkurang. saat mendaki ke tempat yang lebih tinggi.

Faktor pemicu

AMS biasanya disebabkan karena adanya rimayat AMS sebelumnya, konsumsi alkohol atau aktivitas berlebihan saat tubuh belum beradaptasi dengan ketinggian.

Pendakian yang terlalu cepat, kondisi medis yang berpengaruh pada sistem pernapasan dan tidak terbaisa berada di tempat tinggi, juga bisa menyebabkan AMS.

Gejala

Gejala dan tanda dari AMS biasanya timbul dalam waktu beberapa jam sampai satu hari. Gejala AMS bisa berupa, sakit kepala, pusing, lelah, dan tidak bisa tidur (sering terbangun saat tidur).

Atau bisa juga kehilangan nafsu makan, serta mual dan muntah.

Apabila tidak ditangani dengan baik, AMS ini bisa berlanjut pada kondisi lebih buruk, berupa edema otak dan edema paru.

Baca juga: 6 Hal yang harus Diperhatikan Sebelum Mendaki Gunung

Penanganan

Menghentikan sementara pendakian merupakan terapi efektif bagi AMS.

Biarkan tubuh beristirahat dan membiasakan diri dengan kadar oksigen dan tekanan udara yang rendah saat berada ketinggian.

Saat beristirahat, hindari konsumsi alkohol atau melakukan aktivitas berlebihan.

Gejala tersebut biasanya membaik seiring dengan kondisi tubuh pendaki yang sudah beradaptasi.

Jika dalam waktu 24-48 jam kondisi tidak membaik atau justru semakin memburuk, segera turun gunung.

Obat-obatan yang bisa diberikan untuk mengurangi gejala AMS antara lain parasetamol atau ibuprofen untuk mengurangi sakit kepada atau pusing.

Ondansetron atau promethazin untuk mengurangi mual dan muntah.

Asetazolamide dan dexamethason adalah salah satu obat yang sering digunakan baik untuk pencegahan maupun pengobatan AMS.

Kita juga bisa menggunakan oksigen portabel untuk mengtasi AMS. Agar lebih aman, sebaiknya kita berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

Baca juga: Bukan Hal Mistis, Ini Asal-Usul Suara Aneh Saat Mendaki Gunung

Cara mencegah

AMS yang tidak ditangani dengan tepat bisa berakibat fatal, bahkan dapat menyebabkan kematian.

Demi mencegah AMS saat mendaki, sebaiknya kita mendaki secara perlahan supaya tubuh bisa beradaptasi.

Lalu, jngan menggelar tenda di ketinggian lebih dari 2800 MDPL. Hindarilah bermalam di puncak, agar kita terhindar dari AMS dan berbagai bahaya lainnya saat pendakian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com