KOMPAS.com - Sebanyak empat negara meneliti cara usaha kecil/menengah (UKM) dan start up Korea Selatan yang memasuki pasar Indonesia dan Malaysia, bahkan mampu meningkatkan market share produk-produknya.
Keempat negara tersebut adalah Amerika Serikat, Korea Selatan dengan Pusan National University, Malaysia, dan Indonesia dengan Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB).
Ketua Kelompok Keahlian Bisnis Strategy and Marketing SBM ITB, Reza Ashari Nasution mengungkapkan penjelasannya.
Baca juga: Korean Wave Berhasil Promosikan Budaya Korea
Penelitian yang mereka jalankan menggunakan studi literatur, wawancara, dan analisis big data dari 500.000 entry data di berbagai macam platform media sosial.
“Hasil analisis data diperkirakan selesai Februari-Maret 2020,” tutur Reza, yang dihubungi di Bandung, Jumat (24/1/2020).
Saat ini, sambung Reza, yang baru dipublikasikan adalah hasil dari penelitian dengan metode wawancara dan studi literatur.
"Korean wave" atau yang biasa disebut budaya pop Korea seperti K-Pop dan K-drama menjadikan anak muda Indonesia sebagai "korban".
Mereka dengan mudah menjadi konsumen yang membeli produk skincare, kosmetik, pakaian hingga makanan asal Korea.
Baca juga: Terlena Pusaran Korean Wave
Korean wave atau Halyu, kata Reza, memang menawarkan budaya dan gaya hidup masyarakat Korea.
Rupaya, budaya dan gaya hidup itu mudah dicerna, dan mirip dengan keseharian anak muda di Indonesia.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.