KOMPAS.com- Orang yang tetap beraktivitas keluar rumah selama kebijakan pembatasan sosial atau nekat memakai sarung tangan lateks untuk berbelanja kini mendapat kritikan sebagai orang yang egois, arogan, atau membahayakan diri dan lingkungan.
Kritikan itu diistilahkan dengan quarantine shaming.
Kritikan terhadap orang yang tidak patuh pada aturan untuk tetap tinggal di rumah juga beredar di media sosial. Bahkan, belakangan ini ada tagar #COVIDIOTS yang ditujukan pada mereka yang masih membuat acara kumpul-kumpul.
Dalam beberapa hari terakhir juga viral video dua orang memakai hazmat suit (alat pelindung diri) yang biasa dipakai tenaga medis, sedang berbelanja ke supermarket. Kedua orang itu mungkin memakai pakaian tersebut untuk melindungi diri dari virus.
Tak ayal, cercaan pun ditujukan kepada kedua orang yang dianggap egois, mengingat saat ini para tenaga medis di seluruh daerah sedang mengeluhkan kekurangan APD.
Baca juga: Risiko Tertular Tinggi, Tenaga Medis Tangani PDP Covid-19 dengan Jas Hujan hingga Baju Operasi
Psikolog sosial mengatakan, upaya mempermalukan orang lain seperti itu bisa memainkan peran penting untuk mendorong pembentukan norma-norma sosial, terutama ketika norma dengan cepat berubah akibat wabah virus corona.
Kendati begitu, menjaga jarak sosial juga dianggap sulit, terutama ketika ada saran yang membingungkan tentang aturan kapan dan bagaimana orang boleh ke luar rumah.
Saran dari otoritas juga seringkali membingungkan. Di satu sisi kita diminta untuk tetap tinggal di rumah. Tapi di sisi lain, kantor tidak meliburkan karyawannya . Kita diminta untuk menjaga jarak sosial, tetapi berdesak-desakan di kendaraan umum.
Baca juga: Viral Keluarga Bongkar Plastik Jenazah Pasien Berstatus PDP di Kolaka, Ini Fakta Lengkapnya
Mempermalukan orang alias public shaming lain bisa rumit dan kontroversial. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa orang yang menjadi korban dipermalukan online bahkan sampai kehilangan pekerjaan atau menerima ancaman kematian.
Walau belum ada laporan tentang upaya mempermalukan yang ekstrem terkait wabah corona, tetapi sebagian orang merasa mereka menjadi target secara tidak adil. Sebagian orang itu akhirnya minta maaf dan menghapus postingan mereka.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.