Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disfungsi Ereksi Tingkatkan Risiko Kematian Dini Pada Pria, Benarkah?

Kompas.com - 01/04/2020, 21:36 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber CNN

Kondisi seksual partisipan, termasuk disfungsi ereksi, ereksi pagi hari dan libido diukur melalui kuesioner, sementara hormon seks mereka diukur dengan spektrometri massa --alat untuk mengukur keberadaan dan tingkat konsentrasi hormon.

Selama masa tindak lanjut 12 tahun, sekitar 25 persen pria yang diteliti  itu meninggal dunia.

Tim peneliti Antonio menemukan, di antara yang meninggal, partisipan pria dengan kadar testosteron normal namun memiliki disfungsi ereksi memiliki risiko kematian 51 persen lebih tinggi daripada mereka yang tidak memiliki gejala tersebut.

Sedangkan pria dengan testosteron total rendah dan masalah seksual memiliki risiko kematian dini lebih besar daripada mereka yang memiliki kadar testosteron normal dan tidak memiliki masalah seksual.

Hasilnya menunjukkan secara keseluruhan, mereka yang memiliki masalah seksual --termasuk disfungsi ereksi dan ereksi buruk di pagi hari-- memiliki risiko kematian dini lebih tinggi.

Sementara, libido rendah tidak dikaitkan dengan risiko kematian dini yang lebih tinggi.

Baca juga: 8 Hal Aneh Penyebab Disfungsi Ereksi

Mencegah disfungsi ereksi

Selain kadar testosteron rendah, ada beberapa kemungkinan penyebab disfungsi ereksi, terutama arteri yang tersumbat, atau penyakit kardiovaskular. Keduanya dapat menghambat aliran darah untuk menciptakan ereksi.

Disfungsi ereksi, terlepas dari kadar testosteron, dapat menandakan risiko penyakit jantung dan kematian dini --di mana pembuluh darah yang menyediakan darah untuk ereksi lebih kecil dari arteri koroner, kata Antonio.

"Ini berarti pada pria dengan aterosklerosis (penumpukan plak di arteri yang menyebabkan penyumbatan aliran darah), aliran darah di pembuluh penis terganggu lebih awal daripada di arteri koroner," tambahnya.

Kemungkinan penyebab lain dari disfungsi ereksi adalah penggunaan obat-obatan tertentu, stres atau kecemasan, gangguan tidur, merokok, konsumsi alkohol, masalah saraf akibat operasi prostat, penyakit, dan kecelakaan.

Faktor psikologis seperti stres, masalah hubungan dan depresi juga dapat berkontribusi terhadap disfungsi ereksi.

Disfungsi ereksi dapat dicegah dan diobati dengan mempraktikkan gaya hidup sehat, mengendalikan faktor risiko penyakit jantung seperti berhenti merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi dan obesitas, kata Antonio.

"Hal ini juga bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan umum dan mengurangi risiko kematian pada pria yang menderita disfungsi seksual," kata Antonio.

"Pria yang berurusan dengan gejala seksual harus ingat hal itu bisa menjadi tanda peringatan awal status kesehatan yang buruk serta peningkatan risiko penyakit kardiovaskular dan kematian."

"Adalah hal penting mendiskusikan gejala seksual dengan dokter kita, untuk mengidentifikasi dan mengobati faktor risiko kardiovaskular lainnya atau penyakit kardiovaskular," tutur Antonio.

Baca juga: Hei Lelaki, Pahamilah Penyebab dan Gejala Disfungsi Ereksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com