Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Hidup Digital Nomad Membahagiakan, Benarkah?

Kompas.com, 15 April 2020, 08:42 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Ini berlaku sama untuk digital nomad, di mana orang menganggap bekerja jarak jauh keliling dunia adalah mimpi.

Namun, Muller mengatakan, tidak segala hal selalu tentang pantai, dan lalu menjadi bahagia atau gembira.

Baca juga: Melawan Corona, Jangan Lupa Bahagia

"Bahkan ini bisa terasa sulit," kata dia. "Saya bisa duduk di pantai dan merasa sedih."

Berada dalam suatu hubungan juga merupakan ujian. Muller dan pasangannya memiliki paspor berbeda, artinya jika mereka berpergian mereka tidak dapat tinggal di satu negara untuk jangka waktu yang sama.

Ini hanyalah harga yang kita bayar untuk gaya hidup, kata Muller, dan cara menjaga diri untuk fokus pada hal-hal yang sangat penting bagi kita.

Misalnya, jangan membandingkan diri kita dengan gambar palsu yang ada di media sosial, dan sebaliknya pikirkan apa yang ingin kita capai, dan jaga kesehatan mental serta fisik.

"Perubahan itu baik, tetapi kita harus selalu memeriksa diri dan bertanya apakah kita punya energi," kata Muller.

"Jaga keseimbangan antara pergi menjelajah dan merawat diri. Karena selalu penting bagi kita agar dapat tidur nyenyak, makan dengan baik, berolahraga, demi menjaga rutinitas tertentu."

Jika tidak, kita bisa terjebak dalam siklus intens pesta sepanjang malam, bangun terlambat, dan sulit berpegang pada jadwal kerja yang tetap.

Lingkungan tempat kita berada dapat memerlukan upaya adaptasi yang lebih, dan membutuhkan motivasi serta kendali diri nyata.

Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah mencari pertemanan sejati, kata Muller.

"Semua orang bergerak dan tidak selalu ke arah yang sama, jadi sulit menjaga persahabatan, atau tetap berhubungan karena kita selalu menemukan teman baru," katanya.

"Kita harus mencoba fokus pada beberapa orang, atau berusaha melihat orang-orang di rumah."

"Karena pada akhirnya kita adalah makhluk sosial, dan ini penting untuk kesehatan mental kita."

Baca juga: Physical Distancing, Bukti Pentingnya Kesehatan Mental Saat Ini

Digital nomad dapat berada pada rute yang sangat berbeda dengan orang-orang yang mereka kenal di rumah, di mana mereka membeli rumah dan telah memiliki anak.

Tetapi jika kita berpegang pada rutinitas yang kita anggap penting, kita tidak akan perlu membandingkan diri sebanyak itu.

"Sangat penting bagi kita untuk memahami ilusi itu, tidak perlu berpikir bagaimana kehidupan kita nantinya, dan fokus pada tujuan nyata, apa yang penting bagi kita," kata Muller.

"Kadang-kadang digital nomad dapat terlalu fokus pada pekerjaan dan mengisolasi diri mereka, tetapi kemudian akhirnya mengalami kelelahan."

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau