Jumlah 300 warteg tersebut, adalah yang terdaftar di HPWBR. Ia memprediksi jumlah keseluruhan warteg di Bandung Raya lebih dari 500an, dan semuanya mengalami dampak serupa.
Wartegnya sendiri, sambung Udi, mengalami penurunan omzet. Bukan hanya karena jumlah pembeli berkurang, tapi juga karena penurunan daya beli masyarakat.
Jika biasanya orang membeli Rp 15.000 per porsi, kini menjadi Rp 10.000 per porsi.
Bahkan saat PSBB awal pandemi, warungnya harus tutup. Setelah itu dia kucing-kucingan dengan petugas karena harus mencari nafkah untuk makan.
Baca juga: Kisah Berbagi Ransel untuk Tunawisma Korban Pandemi Corona
Untungnya, Udi sempat mendapatkan bantuan dari sejumlah donatur. Misalnya ada Yayasan yang membeli 150 paket nasi untuk dibagikan, atau sistem sarapan gratis seperti kerjasama dengan Mitratel ini.
Direktur Utama Mitratel Teddy Hartoko mengatakan, pihaknya bekerjasama dengan 50 warung makan di Indonesia menyediakan layanan sarapan gratis bagi pekerja non formal yang terdampak pandemi.
Program yang diluncurkan sejak awal April 2020 ini telah mendistribusikan 122.000 porsi makanan di Indonesia.
“Di Bandung, warteg yang bekerjasama di antaranya Warteg 89 di daerah Cikutra,” ungkap dia.
Warteg ini dipilih karena letaknya yang strategis dan mudah dicapai para pekerja non formal, seperti ojek online, petugas kebersihan, dan masyarakat lainnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.