KOMPAS.com - Suku Aborigin di Australia secara tradisional menggunakan daun eucalyptus sebagai minyak esensial yang membantu meredakan sesak napas, batuk, demam, dan penyembuhan otot yang sakit.
Minyak esensial ini diekstrak dari pohon eucalyptus tidak lama setelah orang-orang Eropa pertama tiba di benua itu.
Baca juga: Menikmati Sensasi Spa dengan Menggantung Eukaliptus di Kamar Mandi
Setelah itu, sejak pertengahan 1800an, minyak eucalyptus mulai diproduksi secara komersial, dan menjadi sangat populer di seluruh dunia.
Minyak eucalyptus di Indonesia sering disamakan dengan minyak kayu putih. Padahal, kayu putih atau melaleuca cajuput hanya satu famili dengan eucalyptus, yakni myrtaceae.
Ada sekitar 700an spesies eucalyptus yang ada di dunia. Kebanyakan, tanaman ini tumbuh dan berkembang di Australia.
Sebagian kecil lain ada di Papua Nugini dan juga Indonesia. Sementara, satu spesies, eucalyptus deglupta, dapat ditemukan di sebelah utara Filipina.
Dari 15 spesies yang ditemukan di luar Australia, hanya sembilan spesies yang merupakan varietas asli non-Australia.
Nah, sejak awal komersialisasinya minyak eucalyptus populer karena sifat antiseptik, serta antibakteri.
Baca juga: 5 Manfaat Minyak Kayu Putih untuk Bersihkan Perlengkapan Rumah
Minyak eucalyptus juga mengandung beberapa konstituen aktif, dan yang paling penting adalah eucalyptol.
Eucalyptol memiliki efek antimikroba terhadap berbagai bakteri penyebab penyakit, virus, maupun jamur.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.