Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Tunggu Bayi Menangis untuk Beri ASI, Ini Sebabnya

Kompas.com, 25 Agustus 2021, 19:34 WIB
Nabilla Tashandra

Editor

KOMPAS.com - Bayi dianjurkan mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan. Ibu dianjurkan memberi ASI ketika bayi sudah menunjukkan tanda-tanda ingin menyusu.

Tapi, karena bayi belum bisa berbicara, seperti apa tanda bayi ingin menyusu?

"Ibu menyusui, dan juga suami, perlu tahu tanda bayi ingin minum. Ini penting karena kita ingin berusaha menyusui pada saat bayi memberi tahu tanda awal atau pertengahan, bukan saat bayi menangis."

Demikian diungkapkan oleh konselor laktasi dari RS Bina Medika, dr Sara Elisa Wijono dalam peluncuran produk terbaru Mama's Choice, Rabu (25/08/2021).

Baca juga: Tak Perlu Ragu, Vaksin Covid-19 Aman buat Ibu Menyusui

Sara nenjelaskan, ketika bayi menangis artinya dia sudah berada dalam kondisi kelaparan. Pada momen tersebut, bayi bisa menjadi kurang kooperatif untuk diarahkan menyusui secara benar.

Selain itu, bayi yang menangis cenderung membuat orangtuanya stres dan menimbulkan kepanikan.

"Itulah kenapa kita ingin pas awal atau pertengahan sudah merespons bayi," ujar dokter yang berpraktik di RS Bina Medika itu.

Sara merinci ciri-ciri tanda awal dan pertengahan yang dimaksud, yakni:

Tanda awal

  • Bayi terlihat mulai gelisah.
  • Mulai membuka-buka mulut.
  • Menengokkan kepala.

Tanda pertengahan

  • Semakin banyak bergerak.
  • Tangan mulai bergerak-gerak, termasuk ke wajah atau mulut.

Itulah mengapa ketika dibedong, salah satu tangan bayi dianjurkan tetap dibiarkan di luar. Dengan begitu, orangtua dapat mengenali tanda bayi minta menyusu.

"Kalau pun bayi dibedong, kalau bisa satu tangannya tidak ikut masuk. Jadi kita bisa lihat sinyal laparnya sehingga bisa direspons," ujarnya.

Baca juga: Penting, 4 Posisi Saat Menyusui agar Bayi Tetap Nyaman

Sementara untuk tanda terakhir, biasanya bayi sudah menangis. Bahkan, beberapa di antaranya mungkin menangis hingga wajahnya merah.

Pada beberapa kasus bayi yang menangis tetap menolak ketika ditawari menyusu sekalipun alasannya menangis adalah karena lapar.

"Kalau bayinya cranky berat, harus coba digendong dulu. Kalau sudah rileks baru menyusu," kata Sara.

Baca juga: Pahami Mitos dan Fakta Seputar Menyusui

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau