Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Memilih Bentuk Hukuman yang Tepat Saat Anak Berbuat Salah

Kompas.com, 5 Oktober 2021, 19:55 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber Fatherly

KOMPAS.com - Orangtua biasanya memberikan hukuman pada anaknya dengan harapan bisa mengurangi kemungkinan anak mengulangi lagi perbuatan tertentu.

Biasanya hukuman yang sering diberikan adalah mengambil sesuatu yang disukai anak, misalnya melarang anak bermain gawai atau tidak memperbolehkan si remaja keluar bersama teman-temannya.

Tetapi, dapatkah orangtua menggunakan hukuman negatif secara efektif? Dan jika itu adalah bagian dari pola asuh anak, bagaimana seharusnya hal itu diterapkan dengan lebih tepat?

Baca juga: 7 Tips Membesarkan Anak yang Bahagia agar Sukses dalam Hidup

Apa itu hukuman negatif

Hukuman negatif adalah konsep penting dalam "teori pengkondisian operan" dari psikolog perilaku B.F. Skinner, yang dipelajarinya secara ekstensif pada 1930-an. Secara umum ini adalah metode pembelajaran yang menghubungkan perilaku dan konsekuensi, menggunakan reward serta punishment.

Namun, eksperimennya menggunakan tikus dan burung merpati, sehingga para ahli menilai kurang tepat jika diterapkan ke dalam dinamika emosional hubungan antara orangtua dan anak manusia.

Tetapi, dari sudut pandang perilaku secara mendasar, dia memahami bahwa penambahan, pengurangan, kesenangan, dan rasa sakit adalah semua variabel yang dapat diterapkan secara strategis untuk mengubah perilaku.

Skinner juga melihat bagaimana hukuman negatif ternyata tidak membantu ketika orangtua ingin mengubah perilaku anak mereka.

Baca juga: 5 Sikap Disiplin yang Harus Diterapkan Orangtua pada Anak

Psikiater di MindPath Care Centers, Dr Rashmi Parmar mengatakan dia mencoba untuk tidak memberi label konsekuensi sebagai hukuman karena itu dapat memberikan konotasi negatif dan tidak mengimbangi tujuan pembelajaran yang kita coba ajarkan kepada anak.

Ada perbedaan antara mengambil sesuatu dari anak dalam upaya untuk mengubah perilaku mereka dan mengambil sesuatu dari mereka karena kita ingin membalas mereka pada tingkat tertentu.

Jadi, orangtua sebaiknya tidak menggunakan hukuman negatif dalam upaya mengubah perilaku anak, tetapi lebih fokus dengan cara yang penuh dengan perhatian dan ketepatan.

Ilustrasi orangtua mengekang anak.SHUTTERSTOCK Ilustrasi orangtua mengekang anak.

Hukuman negatif yang harus dihindari

Orangtua harus memilih hukuman dengan hati-hati. Membatasi hak istimewa, misalnya, mengharuskan anak-anak tidak mengaksesnya melalui cara lain. Jika tidak, konsekuensi aslinya akan kehilangan maknanya.

Tidak hanya itu, kedua orangtua atau pun kakek nenek jika ikut mengasuh anak, harus memiliki kesatuan pendapat dalam membuat batasan untuk anak.

Baca juga: Pola Asuh Orangtua di Jepang yang Bisa Kita Contoh

Cobalah mengenali pemicu perilaku negatif anak. Berempati dengan anak dan berikan dukungan, bahkan ketika kita sedang mencoba menerapkan konsekuensi atas perbuatannya.

Hukuman atau konsekuensi yang diberikan juga harus terkait dengan perilaku anak.

Apabila kita mencoba membuat anak mematuhi batas main gawai, mengambil gadget mereka jauh lebih masuk akal daripada melarang secara acak kegiatan non-gawai atau melarang mereka bertemu teman.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau