Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cemas dan Tak Ingin Kembali ke Kantor Setelah WFH? Itu Normal

Kompas.com, 16 November 2021, 09:36 WIB
Anya Dellanita,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

Sumber HuffPost

KOMPAS.com – Sebelum wabah Covid-19 melanda, pergi ke kantor lalu bertegur sapa dengan rekan kerja bukanlah hal sulit. Bahkan, jika kita menyukai lingkungan kerjanya, kita akan selalu bersemangat untuk ngantor.

Namun, berbeda dengan saat ini, yang untuk berjabat tangan saja sulit. Apalagi, setelah lebih dari satu tahun kita berhasil beradaptasi dengan WFH dan terbiasa bekerja sendiri.

Selain itu, hal yang membuat kita sulit kembali menjadi pekerja kantoran adalah soal pakaian.

Saat bekerja dari rumah, kita bisa mengenakan apa pun dan bisa mengenakan pakaian atasan rapi hanya saat rapat virtual.

Memulai lagi semangat untuk mengarungi kemacetan dalam perjalanan menuju dan pulang dari kantor pun jadi tantangan tersendiri.  

“Tentu rasanya berbeda saat kita bisa bangun untuk menikmati kopi dan kemudian masuk kerja secara virtual versus mencoba melawan orangtua yang marah mengantar anak-anak mereka ke sekolah, atau bus atau truk,” kata Katie George, sebuah manajer operasi di sebuah universitas.

Baca juga: Tidak Betah di Kantor Baru, Perlukah Resign?

Menurut George, semua masalah itu adalah aspek “sebelum kehidupan” yang tak lagi diinginkan oleh para pekerja.

Pasalnya, banyak yang “hilang” jika kembali ke kantor, seperti waktu bersama keluarga yang bisa didapatkan saat bekerja dari rumah, masih bisa memasak, berolahraga, atau menikmati hidup “normal.”

Untuk membantu kita melalui masa transisi ini, terapis asal California, Katheryn Perez, mengatakan perlunya membuat batasan dengan diri sendiri tentang seberapa banyak dan kapan kita akan bekerja bisa membantu.

"Ada ketakutan, kecemasan, tekanan emosional, dan tidak siap untuk perubahan itu,” kata Perez.

Baca juga: Tips Menciptakan Rasa Bahagia dalam Bekerja

Bagi sebagian orang masa work from home memberi kesempatan untuk berhenti sejenak dan mengevaluasi kembali gagasan bahwa bekerja berlebihan itu normal.

Namun, mayoritas para pekerja menyadari bahwa mereka tetap harus kembali ke kantor. Jika beruntung, mereka bisa tetap bekerja secara hybrid.

Intinya, pandemi memang akan membuat kita perlahan menyadari bahwa kita sebenarnya tidak selalu berkembang jika bekerja penuh waktu di kantor. Mungkin kita akan merindukan meja kerja kita, tetapi  pekerjaan akan lebih mudah selesai di rumah dengan suasana yang lebih tenang.

Kita juga akan menyadari bahwa kekhawatiran akan berbagai hal, mulai dari jabat tangan hingga bayangan memasuki kantor kembali itu normal.

Baca juga: Begini Cara Bilang Tidak pada Atasan di Luar Jam Kerja

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau