Akan lebih mudah bagi kita untuk terpicu emosinya dengan tontonan tersebut ketika pernah ada proses bernalar terkait hal itu, tambah Lucia.
"Sangat mungkin apabila pernah ada proses bernalar, proses berpikir apalagi kalau mengalaminya secara personal," tambah pakar yang fokus pada isu keluarga dan anak ini.
Tak hanya itu, riwayat kedekatan dengan orang yang mengalami isu tersebut, perselingkuhan misalnya, juga bisa memberikan stimulasi yang serupa.
Layangan Putus bercerita soal suami yang menikah diam-diam dengan perempuan lebih muda.
Tentunya, ada istri yang tersakiti dengan tindakan ini sehingga mengalami beban mental yang begitu berat.
Hal inilah yang memicu simpati publik sekaligus membuat banyak orang geram dengan jalan ceritanya.
Lucia menjelaskan, respon emosional tersebut juga muncul dari pikiran kita secara umum.
Khususnya soal kekhawatiran dikhianati oleh pasangan saat menjalani hubungan.
Baca juga: 5 Hal yang Mungkin Jadi Tanda Pasangan Selingkuh
Ketakutan tersebut memberikan jejak di alam pikiran kita sehingga memicu respon emosioal yang luar biasa, bahkan ketika dialami tokoh fiksi.
"Jadi tidak perlu mengalami tapi pernah memikirkan saja namun begitu penting nilainya sehingga menjadi pemicu," tambahnya.
Berbagai faktor tersebut yang membuat kita begitu rentan ikut geregetan dan terhanyut dalam kisah perselingkuhan yang dihadirkan itu.
Pakar kesehatan mental ini mengingatkan, efek tersebut bukan hanya terkait isu perselingkuhan namun juga berbagai tema sensitif lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.