Tentunya kita tidak bisa membandingkan hidup yang kita miliki dengan sebuah story Instagram yang hanya lima belas detik (meski sampai berbentuk titik titik).
Hal ini juga terkait dengan personal branding dari seseorang melalui media sosial miliknya.
Tak jarang hal itu justru menjadi bahan perbandingan bagi orang lain yang merasa hidupnya biasa-biasa saja.
Penggambaran di atas hanyalah salah satu contoh dampak teknologi terhadap kesehatan mental seseorang.
Alhasil, ketika seseorang muncul dengan diagnosa penyakit mental yang mereka miliki seperti kasus Aliando, banyak orang yang akhirnya juga ikut-ikutan merasa memiliki penyakit mental yang sama, hanya dengan parameter “membandingkan” atau bisa kita sebut dengan juga dengan “self diagnose”.
Penyakit mental bukanlah hal yang sederhana dan mudah untuk didefinisikan, karena pada dasarnya sifat dan perilaku manusia adalah abstrak.
Merujuk pada kasus Aliando, banyak anak muda yang merasa memiliki penyakit yang sama hanya karena mengecek pintu rumah apakah sudah dikunci atau belum secara berulang, atau memeriksa apakah kompor yang sudah digunakan untuk memasak sudah dimatikan.
Jika kita memang merasa ada yang tidak beres dengan diri kita, maka sebaiknya lakukan pemeriksaan dengan bantuan tenaga ahli agar mendapatkan penanganan yang tepat.
Anehnya, kebanyakan anak muda merasa yakin dengan self diagnose mereka tentang penyakit mental yang mereka miliki dan terkesan bangga, seolah-olah penyakit mental itu “keren”.
Tidak ada salahnya jika kita memeriksakan kesehatan mental kita pada mereka yang ahli, penyakit mental tidak selalu berarti gila.
Dengan kita melakukan diagnosa melalui ahlinya, artinya kita menunjukkan rasa peduli terhadap diri kita sendiri.
Mari kita sama-sama lebih aware tentang penyakit mental dan menjadi generasi yang cerdas dengan tidak melakukan self diagnose jika kita merasa memiliki penyakit mental.
Terdapat proses yang cukup panjang yang harus dilakukan seseorang dengan bantuan ahlinya sebelum sebuah diagnosa dikeluarkan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.