Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Pakaian dari Bahan Daur Ulang Botol Plastik Lebih Berkelanjutan?

Kompas.com - 22/02/2022, 15:51 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sampai saat ini limbah plastik masih menjadi isu terbesar yang perlu diperhatikan dalam usaha kita mengatasi masalah lingkungan.

Maka dari itu, tidak heran jika semakin banyak industri, terutama fesyen, berusaha memanfaatkan daur ulang plastik untuk dijadikan sebagai kain atau produk-produk pakaian.

Menurut direktur penjualan Unifi, produsen kain dari botol plastik, Melissa Henkle, daur ulang merupakan alternatif yang lebih ramah lingkungan.

Dan meskipun botol bukan satu-satunya plastik yang didaur ulang, namun botol adalah salah satu yang paling populer digunakan sebagai bahan daur ulang untuk membuat kain.

Tetapi apakah bahan yang tampaknya ada di mana-mana ini benar-benar merupakan solusi keberlanjutan yang diinginkan?

Dalam menjawab pertanyaan itu, ada baiknya untuk melihat bagaimana sebenarnya industri fesyen itu sendiri secara keseluruhan.

Mengubah botol plastik jadi poliester

Sebagai bahan daur ulang yang populer, botol plastik biasanya akan diubah menjadi kain berupa poliester alias serat tekstil yang paling umum digunakan di dunia.

Nah, menurut laporan dari Textile Exchange, poliester memenghasilkan sekitar 52 persen serat yang diproduksi secara global pada 2019, namun hanya 14 persen dari total itu yang dibuat dari bahan daur ulang.

"Menggunakan botol plastik daur ulang merupakan perbaikan terhadap penggunaan bahan poliester murni," kata direktur standar di Textile Exchange, Ashley Gill.

Gill juga mengungkapkan, baik poliester maupun botol plastik berasal dari bahan bakar fosil penyebab perubahan iklim. Jadi, mengurangi permintaan akan bahan murni seperti ini akan berdampak positif pada lingkungan.

Tetapi, bahkan ketika didaur ulang, poliester masih menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutannya.

Beberapa kekhawatiran datang dari penelitian yang mendapati mikroplastik sebagai partikel kecil, bisa terlepas dari tekstil sintetis seperti poliester, setiap kali dicuci atau dipakai.

Potongan-potongan plastik yang sangat kecil ini pun semakin banyak ditemukan di sumber makanan, udara, dan air.

Meskipun potensi konsekuensi bagi kesehatan manusia dan ekosistem masih diteliti, studi awal melihat tetap ada polusi mikroplastik yang dapat merusak ekosistem laut dan merusak paru-paru manusia.

Bagi Francesca de Falco, seorang peneliti pasca-doktoral di University of Plymouth yang menulis banyak penelitian tentang mikroplastik, itu adalah alasan yang cukup untuk mengekang polusi serat mikro dengan segera.

Baca juga: H&M Kembali Rilis Koleksi Pakaian Anak dari Limbah Plastik

Masalah mikrosplastik dari poliester

Merek olahraga Girlfriend Collective, yang membuat sekitar 80 persen pakaiannya dari poliester daur ulang botol plastik, mengakui bahwa mikroplastik adalah masalah.

Bahkan, merek-merek pakaian berkelanjutan lainnya seperti Reformation dan Patagonia pun menjual filter serat mikro untuk menangkap mikroplastik yang keluar dari mesin cuci sebelum berakhir di laut.

Tetapi, menurut De Falco, masalahnya lebih besar dari sekedar menangkap mikroplastik di mesin cuci.

"Serat dapat lepas saat kita mengenakan pakaian, saat kita mencuci pakaian, selama pembuatannya, dan sebagainya," terangnya.

"Jadi, kita harus melakukan pencegahan di semua level berbeda ini," sambung dia.

Polusi mikroplastik bukan satu-satunya hal yang membayangi masalah lingkungan dari poliester yang terbuat dari botol plastik daur ulang. Ada juga masalah rumit dari logistik daur ulang.

Gill mengatakan bahwa botol plastik mudah didaur ulang karena ada sistem yang kuat untuk pengumpulan botol.

Jika botol bekas tidak diubah menjadi pakaian, maka botol tersebut dapat diubah menjadi botol baru yang kemudian dapat didaur ulang lagi di akhir masa pakainya.

Namun, untuk pakaian, sistem pengumpulan akhir masa pakainya tidak semudah itu, artinya pakaian berbahan poliester lebih kecil kemungkinannya didaur ulang menjadi pakaian baru.

Masalah itu semakin diperparah oleh fakta bahwa poliester daur ulang sering dicampur dengan bahan lain seperti katun yang membuatnya semakin sulit untuk dipisahkan dan didaur ulang lagi di masa depan.

Singkatnya, kain yang terbuat dari botol plastik daur ulang masih jauh dari solusi untuk membuat industri fesyen menjadi lebih berkelanjutan.

Selain masalah mikroplastik, bahan kimia berat dan pewarna yang digunakan juga dapat menyebabkan masalah lainnya.

Secara keseluruhan, lebih sedikit poliester akan menjadi yang terbaik untuk bumi. Tapi dalam hal pakaian, memang lebih baik jika kita menggunakan yang terbuat dari bahan daur ulang daripada tidak sama sekali.

Gill juga berharap agar perusahaan maupun pembeli pakaian sama-sama mendorong perbaikan terus-menerus dengan mengurangi produksi dan konsumsi secara berlebihan, sekalipun itu terhadap produk daur ulang yang diklaim berkelanjutan.

Baca juga: Tips Belanja untuk Mengurangi Sampah Plastik

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com