KOMPAS.com - Flexing adalah tren pamer harta yang membanjiri media sosial selama beberapa waktu belakangan.
Segala cara dilakukan untuk menampilkan kekayaan dan materialisme yang dimiliki.
Misalnya berapa banyak saldo rekeningnya, membeli barang mewah bernilai puluhan juta rupiah, atau memberikan barang supermahal secara cuma-cuma untuk orang lain.
Baca juga: Bukan Uang atau Harta, Ada 3 Hal yang Bikin Manusia Lebih Bahagia
Sebelumnya, pamer harta dianggap hal yang tabu, tetapi kini menjadi konten media sosial yang masif.
Dari tren inilah maka kata sultan, mewah, premium, dan crazy rich sekarang menjadi istilah kekinian.
Dikutip dari Kompas.com (15/2/2022), flexing, yang secara sederhana diartikan sebagai pamer, memiliki dua tujuan secara umum.
Pertama, pamer karena memiliki sesuatu yang ingin dibanggakan dan hanya sekadar membagikannya ke orang lain.
Alasan lainnya, pamer harta ini dilakukan sebagai bentuk insecurity karena merasa dirinya kurang.
"Jadi merasa butuh memamerkan pencapaian itu supaya insecurity tadi tidak terlihat," kata psikolog klinis personal Growth, Stevany Valentina
Baca juga: 7 Kunci Sukses Pakai Media Sosial untuk Usaha, Yuk Ditiru...
Menurut dia, flexing tidak melulu soal kekayaan dan harta, tetapi juga bisa pencapaian, keberhasilan, atau bahkan hubungan pribadinya
Flexing sebenarnya merupakan perilaku yang normal jika tidak dilakukan berlebihan.
Stevany mengingatkan tidak semua hal bisa dipamerkan karena ada batasan tertentu yang memisahkan kewajarannya.
"Misalnya habis selesai kuliah terus bisa lulus, terus memamerkan itu kan boleh aja, sebagai salah satu bentuk apresiasi diri juga. Jadi tak melulu dimaknai negatif," tambahnya.
Namun, jika dilakukan karena menutupi kekurangan dirinya maka hanya akan memicu masalah, termasuk memicu respons negatif dari sekitarnya.
"Jadi kayak cuma menutupi insecurity itu dengan pamer. Lama-lama mungkin orang di sekitar jadi tidak suka dengan dia," ujarnya.