Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Flexing, Tren Pamer Harta demi Gengsi dan Status Sosial

Kompas.com - 11/03/2022, 15:55 WIB
Sekar Langit Nariswari

Penulis

KOMPAS.com - Flexing adalah tren pamer harta yang membanjiri media sosial selama beberapa waktu belakangan.

Segala cara dilakukan untuk menampilkan kekayaan dan materialisme yang dimiliki.

Misalnya berapa banyak saldo rekeningnya, membeli barang mewah bernilai puluhan juta rupiah, atau memberikan barang supermahal secara cuma-cuma untuk orang lain.

Baca juga: Bukan Uang atau Harta, Ada 3 Hal yang Bikin Manusia Lebih Bahagia

Sebelumnya, pamer harta dianggap hal yang tabu, tetapi kini menjadi konten media sosial yang masif.

Dari tren inilah maka kata sultan, mewah, premium, dan crazy rich sekarang menjadi istilah kekinian.

Tujuan flexing, perilaku pamer harta secara berlebihan

Dikutip dari Kompas.com (15/2/2022), flexing, yang secara sederhana diartikan sebagai pamer, memiliki dua tujuan secara umum.

Pertama, pamer karena memiliki sesuatu yang ingin dibanggakan dan hanya sekadar membagikannya ke orang lain.

Alasan lainnya, pamer harta ini dilakukan sebagai bentuk insecurity karena merasa dirinya kurang.

"Jadi merasa butuh memamerkan pencapaian itu supaya insecurity tadi tidak terlihat," kata psikolog klinis personal Growth, Stevany Valentina

Baca juga: 7 Kunci Sukses Pakai Media Sosial untuk Usaha, Yuk Ditiru...

Menurut dia, flexing tidak melulu soal kekayaan dan harta, tetapi juga bisa pencapaian, keberhasilan, atau bahkan hubungan pribadinya

Flexing sebenarnya merupakan perilaku yang normal jika tidak dilakukan berlebihan.

Stevany mengingatkan tidak semua hal bisa dipamerkan karena ada batasan tertentu yang memisahkan kewajarannya.

"Misalnya habis selesai kuliah terus bisa lulus, terus memamerkan itu kan boleh aja, sebagai salah satu bentuk apresiasi diri juga. Jadi tak melulu dimaknai negatif," tambahnya.

Namun, jika dilakukan karena menutupi kekurangan dirinya maka hanya akan memicu masalah, termasuk memicu respons negatif dari sekitarnya.

"Jadi kayak cuma menutupi insecurity itu dengan pamer. Lama-lama mungkin orang di sekitar jadi tidak suka dengan dia," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com