Padahal apa yang mereka yakini itu belum tentu sesuai dengan kacamata medis.
Banyaknya informasi yang tersedia di internet dan media sosial, justru membuat kita harus lebih waspada ketika mencoba memahaminya.
Terutama jika itu berhubungan dengan kesehatan mental.
Potensi bahaya ketika mendiagnosis diri sendiri tanpa bantuan medis di antaranya sebagai berikut.
Diagnosis diri sendiri adalah praktik yang bisa menimbulkan konsekuensi serius terkait kesehatan mental.
Seperti kita tahu, gangguan kesehatan mental itu hadir dengan nama dan gejala yang sangat beragam.
Bisa kita ambil contoh beberapa kondisi depresi, kecemasan, Post-traumatic stress disorder (PTSD) hingga 200 bentuk penyakit lainnya.
Masing-masing dari gangguan itu memerlukan penanganan yang tidak sama.
Oleh karena itu, mencoba mendiagnosis diri sendiri yang cuma bermodalkan informasi di internet bisa menimbulkan gejala lain dan memperburuk kualitas hidup.
Kebanyakan kasus mendiagnosis diri sendiri dari internet adalah hanya mencari gejala hingga tanda-tandanya.
Sedangkan penanganan yang tepat tidak ditelusuri dengan baik.
Akibatnya, masalah yang sebenarnya mudah diatasi dengan medis, malah bertambah buruk.
Kita tidak bisa mengetahui apakah seseorang dengan gangguan mental perlu perawatan intensif atau tidak tanpa bantuan medis.
Melansir News Medical, mengira-ngira apa yang dialami hanya berdasarkan cocoklogi, bisa memperburuk keadaan.
Baca juga: Terjebak Self-Diagnose karena Media Sosial
Selama mendiagnosis diri sendiri, seringkali pasien akan menilai gejala-gejala yang hanya diterima oleh akal sehat mereka.