Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui Tanda Anak Jadi Korban Bullying dan Cara Mengatasinya

Kompas.com - 18/07/2022, 15:46 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari pertama masuk sekolah menjadi momen yang dinantikan sebagian besar anak karena mereka bisa bertemu kembali dengan teman-teman sebanyanya.

Namun hal yang berbeda kemungkinan tidak dirasakan pada anak korban bullying atau perundungan.

Pasalnya mereka merasa was-was, takut, bahkan tidak nyaman ketika kembali menginjakkan kakinya di sekolah.

Hal itu tidak dapat dilepaskan dari bullying di masa lalu sehingga menimbulkan rasa trauma pada anak.

Apa itu bullying?

Orangtua wajib mengetahui apa itu bullying supaya mereka bisa mewaspadai ketidakberesan dan relasi anak dengan teman-temannya.

Perlu diketahui bahwa bentuk bullying paling umum adalah perkataan dan tindakan yang dapat melukai fisik maupun perasaan.

Bullying bisa dilakukan juga dengan pengucilan, ketika anak dijauhi oleh teman-temannya sehingga merasa terpojok dan sendirian.

Seiring berkembangnya zaman, bullying kini merambah ke dunia maya. Istilah ini dikenal sebagai cyberbullying.

Cyberbullying merupakan penindasan yang terjadi secara online dan seringkali dialami di media sosial.

Hal tersebut patut diwaspadai karena orangtua bisa saja tidak mengetahui bahwa anaknya dirundung di dunia maya.

"Komentar yang pernah tidak digubris dengan cukup cepat akan membekas dalam diri," kata psikiatri asal Cleveland Clinic, Zeyd Kahn, MD.

"Mungkin Anda tidak bisa menghapus atau melewatinya karena bullying terus kembali."

"Media sosial adalah bagian dari kehidupan sosial anak dan sulit bagi mereka untuk offline," sambung Kahn.

Baca juga: Ayah, Ibu, Ini Tanda Anak Jadi Korban Bullying di Sekolah

Tanda anak jadi korban bullying

Jangan sampai hari pertama masuk sekolah menjadi preseden buruk di waktu-waktu berikutnya.

Apalagi anak yang menjadi korban bullying bisa saja menyembunyikan rasa takutnya dari orangtua sehingga terlihat baik-baik saja.

Supaya orangtua tidak terkecoh, berikut sejumlah tanda apabila anak mengalami bullying.

Ilustrasi wanita sedang depresi.jcomp/ Freepik Ilustrasi wanita sedang depresi.

1. Depresi

Intimidasi dapat menyebabkan depresi pada anak meskipun gejala-gejalanya tidak seperti yang dibayangkan orangtua.

Kahn menerangkan, orang dewasa yang depresi bisa menunjukkan suasana hati yang sedih dan tertekan.

Namun, berbanding terbalik dengan fakta itu, anak yang depresi dapat menunjukkan gejala mudah marah.

"Ciri dari suasana hati anak adalah bagian dari itu," kata Kahn.

"Namun, jika itu berkepanjangan, signifikan, dan ada perubahan yang mencolok, maka orangtua patut khawatir."

2. Ingin menghindari sekolah

Sangat lumrah apabila orang yang mengalami trauma berusaha menghindar dari pemicunya.

Hal tersebut juga berlaku pada anak yang menjadi korban bullying di sekolah.

Anak yang takut di-bully sehingga enggan bersekolah bisa mencari beragam alasan, seperti sakit kepala atau tidak enak badan.

"Masuk akal jika tempat yang anak tuju tidak lagi merasa aman, maka anak tidak tidak ingin pergi ke sana," kata Kahn.

3. Cemas

Kahn menjelaskan bahwa kecemasan, terkhusus fobia sosial, sangat umum dirasakan anak yang mengalami intimidasi.

Hal itu bisa diketahui dari niat anak menghindari sekolah, mengaku sakit perut, kepala, dan lain sebagainya.

Kecemasan yang dialami anak karena bullying juga berkaitan dengan hormon serotonin.

Serotonin merupakan neurotransmitter atau bahan kimia yang digunakan sel saraf tubuh untuk mengirim sinyal dan memengaruhi otak dan usus.

Untuk diketahui, rendahnya serotonin terkait dengan kecemasan, sakit kepala, dan masalah serius seperti sindrom iritasi usus besar.

4. Perubahan perilaku

Anak yang menjadi korban bullying kemungkinan mengalami perubahan perilaku.

Orangtua bisa mengetahuinya ketika cara bersosialisasi anak berbeda atau ada penurunan dari segi akademik di sekoilah.

"Mungkin orangtua melihat bahwa lebih sulit bagi anak untuk berkonsentrasi," imbuh Kahn.

"Mungkin hilangnya kepercayaan diri. Itu semua adalah beberapa tanda yang harus diwaspadai dan mungkin diwaspadai orangtua."

Baca juga: Ajari 5 Sikap Tegas Ini kepada Anak agar Tak Jadi Korban Bullying

Cara mengatasi

1. Berikan ruang bicara

Langkah pertama yang bisa dilakukan orangtua adalah membuka ruang bicara dengan anak.

Kahn menyarankan orangtua supaya ngobrol dengan anak selama 5-10 menit untuk membahas topik apa pun.

"Intinya itu konsisten dan didorong oleh anak sehingga jika ada sesuatu yang muncul, anak dapat membicarakannya selama percakapan itu," tutur Kahn.

Ilustrasi anak dan orangtuaMEDIO by KG MEDIA Ilustrasi anak dan orangtua

2. Ketahui cara merespons

Orangtua sebaiknya mengetahui bagaimana merespons curhatan anak tentang hal-hal yang menjengkelkan.

Kahn mengatakan bahwa orangtua mungkin berusaha mencoba memecahkan masalah yang dialami anaknya.

Namun cara mereka malah menyebabkan stres karena menimbulkan "tantangan" baru.

3. Melapor kepada sekolah

Jika dua cara yang sudah disebutkan masih belum cukup, orangtua dapat melapor kepada sekolah.

Mengingat bullying di sekolah merupakan masalah sistemik yang dipengaruhi oleh peristiwa terkini ataupun paparan media.

"Sekolah perlu aturan antiintimidasi, konferensi, atau pertemuan orangtua untuk mendengar hal-hal seperti ini," ungkap Kahn.

"Banyak orangtua mungkin tidak tahu persis apa yang terjadi dengan anaknya di sekolah."

"Jika komunikasi dua arah terbuka, orangtua dapat melihat masalah dan menghentikannya sebelum dimulai."

Baca juga: 6 Cara Mencegah Anak Jadi Korban Bullying

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com