Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhardis
PNS

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

Gender-isasi Nomina

Kompas.com - 25/11/2022, 12:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BARU-baru ini fenomena lelaki berpakaian ala perempuan kembali mencuat. Hal ini menjadi panas karena yang menjadi subjeknya ialah pelaku peran.

Kasus artis JN dan DD yang berbagi foto mereka dalam balutan pakaian perempuan viral menjadi perbincangan.

Tulisan ini tidak menyasar terkait publik figur tersebut maupun alasan mereka berfoto menggunakan pakaian lintas gender.

Pembahasan lebih difokuskan pada aspek kebahasaan terkait makna dan medan makna yang melekat pada kategori nomina, dalam kasus artis tersebut ialah pakaian.

Nomina atau kata benda secara semantis adalah kata yang merujuk pada nama seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

Inilah menariknya definisi nomina, yakni segala yang dibendakan. Mentang-mentang dibendakan, kategori ini pun dikenai gender selayaknya makhluk hidup.

Sederhananya, KBBI mendefinisikan gender sebagai jenis kelamin. Sementara itu, banyak ahli yang menganut pendapat bahwa gender merupakan hasil konstruksi sosial masyarakat, bukan ciptaan Tuhan, seyogianya jenis kelamin.

Sebagai buatan duniawi, tentunya gender bukanlah benda mutlak yang tidak bisa di-utak-atik lagi. Ia berubah sesuai waktu, tempat, dan budaya yang melekat padanya.

Sejak dahulu, pekerjaan memasak, mencuci, dan me-ngasur (membersihkan kasur beserta layanan seksual di atasnya) menempel pada jenis kelamin perempuan. Akan menjadi tabu saat laki-laki melakoni kegiatan masak-memasak dan setipenya.

Pun, memanjat, memperbaiki genteng, bertukang, dan memperbaiki sepeda motor merupakan kegiatan khusus laki-laki.

Tidak saja verba (seperti ketiga jenis kata kerja tersebut), nomina juga tidak luput dari penjajahan makhluk yang satu itu.

Saat Anda kebelet buang air kecil, dalam situasi darurat sekalipun, Anda tetap akan dicibir saat memasuki toilet ber-gender. Lebih-lebih yang mencibir biasanya lawan gender Anda. Anda seolah melakukan perbuatan tercela karena salah masuk toilet.

Tenang.. tenang, tulisan ini bukanlah bentuk keberpihakan pada gender kaum adam dan mengsubordinatkan sang hawa, bukan pula upaya kesetaraan gender bagi kaum berjakun.

Ini murni tulisan terkait kebahasaan dan komponen-komponen yang melekat pada unsur kebahasaan tersebut.

Ada beberapa kategori nomina yang berhasil diidentifikasi menjadi objek penderita gender-isasi. Berikut di antaranya.

1. Warna

Entah sejak kapan warna yang berkategori nomina ini menjadi dominasi salah satu gender. Warna merah jambu utamanya.

Saat seorang laki-laki menggunakan pakaian serba pink, semua mata memandang penuh perendahan, perundungan. Kamu banci, feminim, laki-laki tulang lunak.

Warna ini milik perempuan. Selain warna ini, laki-laki dibolehkan memakainya. Namun akan lebih maskulin jika laki-laki memilih warna gelap dibanding warna-warna cerah dan terang.

Perkembangan teranyar, warna pelangi. Sejatinya warna yang indah itu juga menjadi kepemilikan bagi mereka yang mengikrarkan diri sebagai kaum pelangi.

2. Motif

Hal yang satu ini juga tidak terlepas dari kungkungan gender. Laki-laki berhak atas beragam motif, terlebih motif-motif hewan seperti singa, harimau, dan jenis hewan buas lainnya. Komponen jantan, macho, pemberani melekat pada hewan-hewan tersebut.

Berbeda halnya dengan motif bunga dan daun. Bunga dan daun melambangkan ke-perempuanan. Padahal, pada nomina bunga juga melekat benang sari sebagai penanda kelamin jantan. Sekali lagi, bunga dan daun bergender perempuan.

3. Asosiasi hewan

Berikutnya nomina untuk hiponim hewan. Hewan pertama yang mendapatkan gender saat dijadikan ungkapan ialah buaya.

Nomina yang satu ini hanya dikhususkan untuk kaum adam. Hal ini menandakan kalau si buaya bukanlah sosok yang pantas dijadikan kekasih, apalagi suami.

Hewan tak berdosa lainnya ialah ayam. Nomina tersebut hanya melekat pada perempuan saat berikatan dengan nomina kampus.

Ayam kampus, berkonotasi negatif dan berkorelasi positif dengan PTS (Perempuan Tanpa Susila). Tidak ada makhluk laki-laki yang dikenai penanda ini.

4. Transmisi

Dunia otomotif bernasib sama. Sama-sama dijajah gender. Sepeda motor maupun mobil yang berjenis automatic mau tidak mau sudah dipatenkan untuk gender perempuan.

Gender lelaki pun melakukan hal yang sama dengan mengeluarkan pernyataan “the real man using 3 pedals”.

Pernyataan yang semakin mengotak-ngotakan dunia transmisi yang sejatinya tidak berkorelasi dengan jenis gender mana pun.

Baru empat nomina yang diuraikan secara singkat. Jika diamat-amati lebih mendalam, tentu akan muncul nomina-nomina lain yang mengaku sebagai pihak nan menderita.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com