Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata
KOMPAS.com - Perempuan sering kali diajarkan sedari dini untuk menjadi sosok yang baik hati. Perempuan juga dilarang bersikap kasar dan harus senantiasa menghormati orang-orang di sekitarnya.
Tidak ada yang salah memang dari sikap ini. Akan tetapi, jika perempuan merasa berat dalam melakukannya karena selalu harus memenuhi ekspektasi orang lain, maka ini bukanlah pertanda baik.
Sebab, dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Stop Jadi “Good Girl” Syndrome” yang dapat diakses melalui dik.si/AJGoodGirlSyndrome, Ernestine Oktaviana S.Psi, Konselor Dear Astrid, mengungkapkan ini bisa mengindikasikan adanya good girl syndrome.
Dikutip dari Marks Psychiatry, sindrom ini biasanya ditanamkan sejak perempuan berada di masa kanak-kanak. Good girl syndrome biasanya ditunjukkan dengan perasaan takut dan cemas jika seorang perempuan melakukan suatu kesalahan sehingga mengakibatkan mereka harus menjadi sosok yang sempurna secara terus-menerus.
Masih dari sumber yang sama, sebuah studi Universitas Stanford menemukan kalau sifat yang harus dimiliki perempuan adalah kehangatan, kesetiaan dan keceriaan. Sementara itu, pria diharapkan bersifat tegas, mandiri, dan dominan.
Baca juga: Cara Bijak Menyikapi Perselingkuhan Orangtua
Pola pikir inilah yang akhirnya membuat banyak orang tua mendidik anak mereka sesuai dengan pemikiran tersebut. Perempuan yang selalu distigmakan lemah lembut membuat mereka merasa tak berdaya jika harus berhadapan dengan orang lain.
Meskipun dalam kacamata orangtua ini adalah hal baik sebab mereka mengajarkan anak-anak agar diterima oleh masyarakat, sayangnya bagi anak perempuan tidak demikian. Justru, hal ini adalah kekeliruan karena perempuan sebenarnya juga harus mempunyai sifat tegas, mandiri, dan dominan.
Perempuan yang menderita good girl syndrome biasanya takut mengecewakan orang lain, selalu ingin sempurna dalam segala hal, taat terhadap berbagai aturan, enggan untuk berbicara, dan selalu berorientasi pada orang lain.
Jika dibiarkan terus-menerus good girl syndrome bisa memberikan dampak terhadap penderitanya. Pertama, mereka jadi enggan menyampaikan pendapat karena takut terjadi konflik.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.