Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Mengapa “Good Girl Syndrome” Berbahaya?

Kompas.com - 05/12/2022, 23:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Perempuan sering kali diajarkan sedari dini untuk menjadi sosok yang baik hati. Perempuan juga dilarang bersikap kasar dan harus senantiasa menghormati orang-orang di sekitarnya.

Tidak ada yang salah memang dari sikap ini. Akan tetapi, jika perempuan merasa berat dalam melakukannya karena selalu harus memenuhi ekspektasi orang lain, maka ini bukanlah pertanda baik.

Sebab, dalam siniar Anyaman Jiwa bertajuk “Stop Jadi “Good Girl” Syndrome” yang dapat diakses melalui dik.si/AJGoodGirlSyndrome, Ernestine Oktaviana S.Psi, Konselor Dear Astrid, mengungkapkan ini bisa mengindikasikan adanya good girl syndrome.

Apa itu "Good Girl Syndrome"?

Dikutip dari Marks Psychiatry, sindrom ini biasanya ditanamkan sejak perempuan berada di masa kanak-kanak. Good girl syndrome biasanya ditunjukkan dengan perasaan takut dan cemas jika seorang perempuan melakukan suatu kesalahan sehingga mengakibatkan mereka harus menjadi sosok yang sempurna secara terus-menerus.

Masih dari sumber yang sama, sebuah studi Universitas Stanford menemukan kalau sifat yang harus dimiliki perempuan adalah kehangatan, kesetiaan dan keceriaan. Sementara itu, pria diharapkan bersifat tegas, mandiri, dan dominan.

Baca juga: Cara Bijak Menyikapi Perselingkuhan Orangtua

Pola pikir inilah yang akhirnya membuat banyak orang tua mendidik anak mereka sesuai dengan pemikiran tersebut. Perempuan yang selalu distigmakan lemah lembut membuat mereka merasa tak berdaya jika harus berhadapan dengan orang lain.

Meskipun dalam kacamata orangtua ini adalah hal baik sebab mereka mengajarkan anak-anak agar diterima oleh masyarakat, sayangnya bagi anak perempuan tidak demikian. Justru, hal ini adalah kekeliruan karena perempuan sebenarnya juga harus mempunyai sifat tegas, mandiri, dan dominan.

Perempuan yang menderita good girl syndrome biasanya takut mengecewakan orang lain, selalu ingin sempurna dalam segala hal, taat terhadap berbagai aturan, enggan untuk berbicara, dan selalu berorientasi pada orang lain.

Dampak "Good Girl Syndrome"

Jika dibiarkan terus-menerus good girl syndrome bisa memberikan dampak terhadap penderitanya. Pertama, mereka jadi enggan menyampaikan pendapat karena takut terjadi konflik.

Kedua, para perempuan jadi cemas ketika mendapat kritik. Mereka pun akhirnya selalu mencegah terjadinya kesalahan yang akhirnya malah membuat stres diri sendiri. Jika mereka mendapat kritik, mereka pun akan menyalahkan diri sendiri.

Ketiga, lebih mementingkan orang lain. Penderita sindrom ini lebih peduli terhadap urusan orang lain hingga akhirnya mengabaikan urusannya sendiri. Pada akhirnya, mereka lebih berpotensi dimanfaatkan oleh orang lain.

Terakhir, yaitu hilangnya identitas diri karena mereka selalu menuruti perkataan orang lain. Sebab, jika tetap berpenampilan sesuai identitas diri tapi orang lain tak suka, mereka cenderung khawatir.

Cara Bangkit dari "Good Girl Syndrome"

Untuk bangkit dari sindrom ini, penderitanya harus proaktif. Dikutip dari Psychology Today, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar kita keluar dari good girl syndrome.

1. Berani bernegosiasi

Sebuah studi Harvard Business Review menunjukkan bahwa hanya ada tujuh persen lulusan MBA perempuan yang mencoba menegosiasikan gaji mereka. Sementara itu, ada 57 persen laki-laki yang bernegosiasi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com