Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TikTok Jadi Wadah Kreator Muda Lestarikan Lingkungan dan Budaya

Kompas.com, 21 Juni 2023, 07:13 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Wisnubrata

Tim Redaksi

"Untuk sekarang kami ada beberapa rencana program yang akan dijalankan, yaitu kunjungan ke sekolah-sekolah. Targetnya baru sekolah menengah pertama (SMP)," kata anggota Pandawara Group, Muchamad Iksan (21).

"Dalam program tersebut, kami ingin mengedukasi bagaimana caranya anak muda bisa tergerak pola pikirnya untuk menjaga lingkungan dengan membuang sampah pada tempatnya agar lingkungan sekitar bisa menjadi lebih baik," sambung dia.

Untuk aksi bersih-bersih itu sendiri, Iksan menuturkan bahwa Pandawara Group melakukannya secara rutin, enam sampai delapan kali dalam sebulan di sungai dan di sebulan sekali di pantai.

"Kalau untuk sungai kami masih melakukannya di Bandung dan sekitar Jawa Barat. Sementara untuk pantai, kami sudah mengunjungi setiap provinsi yang ada di Indonesia. Beberapa di antaranya ada Bali, NTB, Lampung, dan Banten," ungkapnya.

Memperkenalkan kembali alat musik tradisional

Masih soal konten TikTok yang menginspirasi, seorang konten kreator asal Pontianak, Kalimantan Barat, bernama Ayuan Prawida juga belum lama ini viral setelah membawakan beberapa lagu daerah dengan menggunakan alat musik tradisional sape.

Dengan pengikut sebanyak 700 ribu di platform tersebut, Ayuan mencoba untuk memperkenalkan kembali alat musik tradisional sape agar terus lestari.

"Sape adalah alat musik tradisional khas Dayak yang mulai terlupakan," terangnya.

Menurut Ayuan, alat musik petik sape ini dulunya hanya memiliki dua senar saja yang digunakan untuk memainkan lagu adat.

Namun, seiring berkembangnya zaman, sape kini telah memiliki lebih banyak senar, sehingga dapat digunakan untuk memainkan beragam lagu yang lebih luas.

"Saya sendiri belajar itu sejak tahun 2016, karena semakin ke sini, semakin jarang perempuan yang memainkannya," kata Ayuan.

"Untuk konten di TikTok, saya banyak meng-cover lagu-lagu daerah, di mana sape ini akhirnya bisa dikolabirasikan dengan alat musik lain," ujar dia.

Ayuan pertama kali mencatat penonton terbanyaknya di TikTok saat ia bermain sape dengan lagu berjudul "Ampar-ampar Pisang" yang dilihat hingga 4,2 juta kali.

"Sejak saat itu, saya banyak membawakan lagu-lagu daerah dengan sape, sekaligus mengangkat kembali lagu-lagu daerah yang mulai tersisihkan," jelasnya.

Kecintaannya pada sape juga terbukti membawanya turut serta dalam sejumlah kolaborasi bersama dengan musisi lain, seperti Balawan dari Bali saat Rainforest Festival di Sarawak tahun 2022 lalu.

Selain itu, Ayuan juga pernah berkolaborasi dengan native american yang membawakan lagu dengan alat musik khas suku Indian.

Halaman:


Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau