Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perm, Gaya Rambut Pria '80-an yang Kembali Naik Daun

Kompas.com - 03/07/2023, 21:00 WIB
Ryan Sara Pratiwi,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber CNN Style

KOMPAS.com - Tahun 2023 menjadi momen kebangkitan beberapa tren gaya rambut, salah satunya perm.

Dikenal sebagai teknik perawatan rambut yang membuat rambut pria keriting bergelombang secara permanen (permanent wave), perm sebenarnya cukup populer di budaya Amerika pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Sayangnya, gaya rambut ini sempat redup di awal tahun '90-an.

Namun, berkat meningkatnya popularitas di kalangan bintang K-Pop dan influencer di TikTok, jumlah peminat perm terus bertambah, terutama di kalangan pria muda.

Dan kehadiran teknologi produk baru juga memberikan peluang bagi merek perawatan rambut maupun penata rambut untuk bisa lebih mengeksplorasi gaya rambut ini.

"Beberapa kompetitor utama kami telah meninggalkan kategori ini," kata direktur edukasi global di Wella Professional, Roland Munz, seperti dikutip dari CNN Style.

"Kami memutuskan untuk bertahan karena kami percaya pada masa depan untuk segmen ini," ujar dia.

Versi terbaru perm

Perm versi Gen-Z sangat berbeda dengan para pendahulunya.

Menurut Briana Dunning, spesialis rambut di Striiike, sebuah salon di Los Angeles, saat ini perm sudah menggunakan istilah baru, yakni "new wave", untuk menjauhkan diri dari gaya rambut yang dianggap kuno.

"Ini bukan lagi perm yang dikenal dapat membuat rambut terasa gosong dan kering," kata Dunning.

"Kini, perm dimaksudkan untuk membuat rambut keriting bergelombang secara permanen dan alami," terangnya.

Untuk prosesnya, perm membutuhkan waktu yang lama karena rambut harus dikeramas, dicuci, dan dipasang pada alat pengeriting rambut.

Larutan pengeritingan, yang secara kimiawi mengubah struktur rambut agar menjadi keriting, juga perlu dioleskan.

Setelah larutan mengeras selama sekitar 30 menit, lotion penetral dioleskan dan rambut dicuci kembali untuk memperlihatkan rambut ikal yang segar.

"Teknik 'new wave' juga menggunakan alat pengeriting rambut, tetapi batangnya dirancang untuk memberikan ikal yang lebih alami pada rambut," ujar Dunning.

Di salonnya, Dunning dan timnya mengeriting rambut di bagian yang lebih besar, mengikuti gerakan dan arah alami rambut, serta menggunakan alat pengeritingan yang lebih lembut.

Baik alat pengeriting rambut digital atau manual, semuanya sama-sama menjadi populer.

Tetapi, untuk new wave yang baru, larutan kimia dan pengeriting rambut digital lebih sering digunakan dalam mengatur rambut menjadi ikal semi permanen.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Asian Men Hairstyle (@asianmenshair)

Berkembang mengikuti budaya Korea

"Hallyu," atau Korean Wave, sebuah fenomena yang ditandai dengan berkembangnya budaya Korea Selatan di seluruh dunia, telah disebut-sebut sebagai motivasi bagi pria muda untuk mengeriting rambut mereka secara kimiawi.

Tidak seperti pengeritingan rambut ala Amerika yang kaku, teknik perm Korea sekarang terlihat lebih alami dan memberikan hasil rambut yang juga lebih lembut.

Musisi V BTS (Kim Tae-Hyung) dan aktor Gong Yoo, misalnya, adalah sebagian bintang Korea ternama yang telah membantu mempopulerkan tren ini.

Seorang penata rambut di London, Lydia Wolfe, juga mengaku telah terjadi peningkatan jumlah pria muda yang datang ke salonnya, Jack and the Wolfe, untuk melakukan teknik perm.

Ia memuji kembalinya perm karena kemudahan penataannya.

"Benar-benar telah terjadi pergeseran dalam beberapa tahun terakhir dan semakin banyak orang yang menerima rambut ikal alami mereka," kata Wolfe.

"Perm dapat menjadi bagian dari hal tersebut," ujar dia.

Sementara itu, Munz berharap kebangkitan perm juga akan mendorong merek-merek perawatan rambut lainnya untuk lebih terlibat dengan konsumen multikultural.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com