Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keistimewaan Tas Noken yang Diterima Jokowi dari Warga Suku Asmat

Kompas.com - 08/07/2023, 12:07 WIB
Dinno Baskoro,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Usai meresmikan Bandara Ewer di Kabupaten Asmat, Papua Selatan, pada Kamis, 6 Juli 2023. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima suvenir berupa tas noken dari warga setempat.

Ini bukan kali pertama Jokowi mendapatkan buah tangan tas noken. Pada kunjungan ke Jayapura, Papua pada 9 Mei 2015, dia juga mendapatkan tas yang sama dari warga setempat.

Melihat tas noken yang seolah menjadi kenang-kenangan khas masyarakat Papua, apa saja keistimewaan dari tas ini?

Baca juga: Ketika Jokowi Mendapat Tas Noken dari Warga Suku Asmat... 

Keistimewaan tas noken khas Papua

Tas noken merupakan hasil kerajinan tangan yang dimiliki masyarakat Papua.

Noken memiliki bentuk dan fungsi seperti tas pada umumnya, tapi masyarakat Papua sendiri tidak menganggap noken sebagai tas.

Melansir laman Warisanbudaya.kemendikbud.go.id, noken punya perbedaan yang sangat signifikan dari tas produksi pabrik.

Perbedaannya terdapat pada bahan, jenis, model, sampai bentuknya yang punya ciri khas.

Masyarakat Papua lebih cenderung menganggap noken sebagai wadah berbahan rajutan, kerajinan tangan sebagai unsur budaya tak benda, hingga tempat menyimpan barang pribadi.

Tas noken juga termasuk sebagai warisan leluhur yang masih dipertahankan sampai sekarang. Tek heran jika kehidupan masyarakat Papua tak lepas dari tas rajut ini.

Sekitar 250 suku Papua mengenal dan menggunakan noken dalam kehidupan sehari-hari, baik saat membawa hasil kebun, hasil laut, berburu, barang belanjaan, sirih, makanan dan banyak kegunaan lainnya.

Baca juga: 100 Siswa di Jayapura Merajut Noken, Melestarikan Warisan Budaya Dunia dari Papua 

Tas noken khas Papuamimikab.go.id Tas noken khas Papua

Menggambarkan status sosial

Sejarah panjang noken mendorong tumbuhnya hubungan antara noken dan pandangan hidup orang Papua seperti sikap kemandirian dan kebiasaan tolong menolong.

Di berbagai suku di Papua, tas yang satu ini menunjukkan status sosial pemakainya.

Orang terkemuka dalam masyarakat, misalnya kepala suku, kadang-kadang memakai noken dengan pola dan hiasan khusus.

Bahan baku yang unik

Mama Mama pembuat tas noken khas Papuawarisanbudaya.kemdikbud.go.id Mama Mama pembuat tas noken khas Papua

Umumnya tas noken dibuat oleh wanita di Papua yang rata-rata berusia lanjut yang sering disebut "Mama Noken".

Meski begitu, ada pula noken yang dirajut oleh kaum pria di beberapa budaya seperti warga Suku Mee.

Bahan baku yang unik membuat tas ini terlihat sangat khas dan menggambarkan kehidupan masyarakat Papua.

Beberapa bahan seperti serat pohon, kulit kayu, daun pandan hingga rumput rawa kerap diproses secara konvensional untuk menjadi benang dan kemudian dirajut menjadi tas yang sesuai kebutuhan.

Baca juga: Jokowi Resmikan Terminal di Bandara Ewer, Kabupaten Asmat

Di beberapa suku, ada yang membuat bahan baku dengan memotong beberapa jenis pohon khusus, yang kadang-kadang dipanasi di atas api hingga layu, lalu direndam dalam air selama beberapa hari.

Ada pula perajin yang menguliti batang pohon lalu kulitnya saja yang direndam. Ketika kulit pohon lepas dari batangnya, lendir kulit pohon keluar, hingga tertinggal bagian seratnya.

Serat kayu itu kemudian dikeringkan menjadi bahan serat yang dapat dipintal hingga menjadi benang kuat dengan telapak tangan di atas paha perajin.

Serat tersebut kadang diwarnai dengan pewarnaan alami dan dibuat menjadi pola tas jala dengan berbagai ukuran.

Di kawasan Paniai, ditemukan noken khusus yang diberi hiasan dari serat tangkai anggrek berwarna kuning, hitam dan coklat.

Selain proses merajut, ada juga suku-suku yang membuat noken dengan proses menganyam. Bahan yang dipakai, antara lain, serat atau kulit kayu, daun pandan, daun sagu muda, daun dari rawa, dan lain-lain.

Bahan itu kemudian dianyam mengikuti berbagai pola yang menarik yang juga mempunyai makna.

Baca juga: Kunjungi Waibu Agro Eduwisata, Jokowi Harapkan Anak Muda Papua Terus Belajar

Ditetapkan Warisan Budaya UNESCO

Pada tanggal 4 Desember 2012, noken ditetapkan sebagai hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia oleh UNESCO.

Saat ini, upaya pelestarian dapat dilakukan oleh seluruh masyarakat Indonesia dengan melakukan berbagai hal yang dapat mendukung pelestarian Noken, misalnya dengan membuat pameran, galeri Noken, membeli, dan juga memanfaatkan Noken.

Pemberian tas noken ke Jokowi sebagai kenang-kenangan pada 6 Juli 2023 lalu di Bandara Ewer semestinya membuat masyarakat luas lebih mengenal tas ini dan akhirnya mendukung upaya pelestariannya.

Baca juga: Mengenal Noken, Rajutan Alam Papua Warisan Budaya Dunia 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com