Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pahami Risiko Penyakit Berbagi Gunting Kuku dengan Orang Lain

Kompas.com, 13 Desember 2023, 13:37 WIB
Dinno Baskoro,
Wisnubrata

Tim Redaksi

Sumber Livestrong

KOMPAS.com - Penggunaan gunting kuku bersamaan dengan orang lain mungkin terdengar sepele.

Tetapi pada dasarnya, gunting kuku termasuk alat sanitasi personal yang tidak dianjurkan untuk digunakan bersama-bersama, sekali pun pada pasangan atau anggota keluarga di rumah.

Perilaku atau kebiasaan seperti ini cukup berisiko, karena ada potensi penularan penyakit yang mungkin merugikan kesehatan.

Risiko penggunaan gunting kuku bersama orang lain

Bisa dikatakan, penggunaan gunting kuku mirip seperti pengikir kuku, sepatu, handuk sampai sikat gigi. American Academy of Dermatology menyarankan, gunting kuku sebaiknya digunakan secara pribadi.

Pasalnya, ada beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui penggunaan gunting kuku bersamaan, seperti onikomisosis (jamur kuku), kurap, hingga kutu air.

"Sistem kekebalan yang sehat seringkali melindungi diri Anda dari potensi infeksi. Tetapi tetap ada risiko jika menggunakan alat yang terkontaminasi," kata Brendan Camp, asisten profesor klinis dermatologi di Weill Cornell Medical College, New York.

Baca juga: Cara Menajamkan Gunting Kuku yang Sudah Tumpul 

Ilustrasi gunting kukuUnsplash Ilustrasi gunting kuku

Menurut laporan di Journal of Fungi, potensi penularan penyakit menjadi lebih tinggi (sekitar 50 persen) terutama jika salah satu penggunanya mengalami infeksi kulit atau kuku.

Apalagi jika ada kebiasaan tidak membersihkan gunting kuku setelah dipakai. Bakteri, kuman hingga partikel merugikan bisa saja menetap di alat pemotong kuku tersebut.

Khususnya pada pasien diabetes yang cenderung memiliki masalah pada sistem kekebalan tubuh. Mereka memiliki kondisi imunitas yang tidak stabil, sehingga risiko penularannya akan lebih tinggi.

Meski pun jenis infeksi yang disebarkan oleh gunting kuku biasanya tidak terlalu serius. Namun, masalah kutu air, kurap hingga gatal bisa memberikan sensasi tidak nyaman.

Terkadang dalam kasus yang lebih parah, infeksi jamur bisa memicu gejala seperti kuku menjadi kering, rapuh, berubah warna hingga berbau.

Laporan Mayo Clinic menyebutkan, infeksinya itu cukup sulit disembuhkan hingga membutuhkan waktu berbulan-bulan.

Baca juga: Gunting Kuku Bergantian, Waspadai Hepatitis

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau